Batik Sumedang Tetap Eksis di Era Modernisasi, Pengrajin Keluhkan Kapasitas Produksi

PERTAHANKAN: Tokoh batik Sumedang Yayu Sri Rahayu saat menunjukan motif batik Lingga Buana di Kelurahan Regol
ISTIMEWA, PERTAHANKAN: Tokoh batik Sumedang Yayu Sri Rahayu saat menunjukan motif batik Lingga Buana di Kelurahan Regol Wetan, baru-baru ini.
0 Komentar

sumedangekspres, KOTA – Batik khas Sumedang yang memiliki nilai budaya tinggi terus berkembang di bawah perhatian dan kepedulian para pengrajin lokal. Salah satu tokoh penting dalam industri batik Sumedang adalah Yayu Sri Rahayu, pemilik Batik Rahayu, yang berlokasi di Kelurahan Regol Kecamatan Selatan.

Yayu menyoroti filosofi mendalam di balik motif-motif batik Sumedang, seperti motif Lingga Buana yang diambil dari bangunan peninggalan sejarah Sumedang, dan bermakna sebagai simbol harapan agar Sumedang menjadi mercusuar bagi daerah lain.

Menurut Yayu, perkembangan industri batik di Sumedang beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini tidak lepas dari dukungan pemerintah daerah yang secara aktif terlibat dalam mempromosikan batik Sumedang.

Baca Juga:Industri Besar Dukung Dedi-Erwan di Pilgub 2024Cegah Rabies, Diskanak Sumedang Sebar 2000 Dosis Vaksin 

“Alhamdulillah, di bawah naungan Bidang Ekonomi dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKMPP), kami diberi ruang untuk memasarkan batik kami melalui berbagai pameran dan event. Ini sangat membantu kami dalam memperkenalkan batik khas Sumedang ke publik yang lebih luas,” ungkap Yayu, baru-baru ini.

Namun demikian, tantangan terbesar yang dihadapi pengrajin batik lokal adalah keterbatasan kapasitas produksi. Berbeda dengan produk tekstil yang diproduksi menggunakan mesin, batik tradisional Sumedang dibuat secara manual. Proses ini memakan waktu yang lebih lama, namun memiliki keunggulan tersendiri.

“Batik tradisional memiliki nilai filosofis di setiap motifnya, mengangkat kearifan lokal yang tidak bisa ditemukan pada tekstil modern,” jelas Yayu.

Dalam menghadapi tantangan ini, Yayu bersama para pengrajin batik lainnya terus berupaya melestarikan teknik batik tradisional. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang kelebihan batik tradisional.

“Kami berusaha menunjukkan kepada masyarakat bahwa batik tradisional tidak hanya soal estetika, tetapi juga nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya,” tambahnya.

Pemerintah daerah juga memainkan peran penting dalam pengembangan usaha batik di Sumedang. Dengan tergabungnya para pengrajin dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), mereka secara aktif dilibatkan dalam berbagai event, termasuk bantuan dalam proses perizinan usaha.

“Peran pemerintah sangat besar. Kami merasa terbantu dengan adanya dukungan ini,” ujar Yayu.

0 Komentar