Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru dan memperkuat jaringan kemitraan dengan dunia kerja. Suyanto menekankan pentingnya kerjasama antara orang tua, lembaga pendidikan, dan dunia kerja, agar siswa dapat memahami dunia kerja secara nyata.
Data menunjukkan bahwa sekitar 64% siswa SMK ingin bekerja, sehingga mereka perlu dibekali dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja saat ini.
“Kita harus menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja agar lulusan SMK siap bersaing,” tegas Suyanto.
Baca Juga:Makna Romantis Lagu "We Fell in Love in October" Balik Tren My Girl yang Viral di TikTokLirik Lagu We Fell in Love in October Viral di TikTok: Tren My Girl dan Kisah Cinta Musim Gugur
Ia juga menambahkan, perubahan kurikulum tidak hanya menyentuh metodologi dan pendekatan pembelajaran, tetapi juga harus melibatkan penyesuaian konten yang mendukung pengembangan kompetensi siswa.
“Sekolah tidak bisa bekerja sendiri, harus ada kemitraan dengan dunia kerja dan lembaga terkait untuk memastikan keberhasilan kurikulum,” ungkapnya.
Suyanto berharap lulusan SMKN 1 Sumedang memiliki kompetensi dan karakter yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
“Indikator keberhasilan SMK seharusnya diukur dari tingkat kebekerjaan, bukan hanya dari seberapa banyak siswa yang melanjutkan studi,” tuturnya.
Dengan pembekalan yang tepat, siswa diharapkan mampu berwirausaha atau mendapatkan pekerjaan sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, Suyanto menekankan pentingnya evaluasi untuk menentukan aspek mana yang perlu dikembangkan dan diperbaiki.
“Kurikulum harus terus berkembang agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman. Sekolah diberikan rambu-rambu capaian pembelajaran oleh pemerintah, namun konten pengajarannya diserahkan kepada masing-masing sekolah untuk disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri,” tutupnya. (ahm)