Pembicara laris ini melanjutkan, dalam budaya yang inklusif, setiap orang memiliki hak untuk berpendapat tanpa rasa takut akan dihakimi atau dikritik secara tidak konstruktif.
Hal ini penting untuk memastikan bahwa sebuah ide dapat dieksplorasi dengan baik sebelum akhirnya diputuskan mana yang terbaik untuk diterapkan.
Dr Aqua Dwipayana menegaskan bahwa inovasi lahir dari kebebasan berpendapat. Lingkungan kerja yang terbuka dan inklusif akan mendorong para karyawan untuk berani menyampaikan ide-ide kreatif mereka, tanpa takut gagal atau ditolak.
Baca Juga:Lantik 67 Pejabat Struktural dan Fungsional, Menteri AHY Harapkan Jajaran Kementerian ATR/BPN Bangun SemangatRatusan KPM Desa Rancamulya Terima Bantuan Beras
“Kita harus ingat bahwa inovasi bukan hanya soal teknologi canggih, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa menemukan cara baru dan lebih baik dalam melakukan sesuatu. Untuk mencapai itu, kita harus mendorong setiap orang untuk berpikir di luar kebiasaan dan berani mencoba hal-hal baru,” jelas pria yang suka membantu sesama ini.
Menurut bapak dua anak ini inovasi akan sulit berkembang jika hanya ada satu suara yang dominan dalam tim. Ketika semua orang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, organisasi bisa mendapatkan perspektif yang lebih luas dan beragam, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil.
“Di sini, peran pemimpin sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung. Pemimpin harus bisa menjadi fasilitator yang baik, yang mampu menggali potensi setiap individu dalam tim,” tambah Dr Aqua Dwipayana.
Salah satu poin utama yang ditekankan motivator kawakan ini adalah pentingnya menumbuhkan rasa aman dalam lingkungan kerja. Ia mengatakan bahwa ketika pegawai merasa aman, mereka akan lebih mudah terbuka untuk menyampaikan ide-ide mereka.
Hal ini bisa dicapai dengan membangun budaya kerja yang saling menghargai dan menghormati. Menurutnya rasa aman bukan hanya tanggung jawab dari pemimpin, tetapi juga seluruh anggota tim.
“Rasa aman di tempat kerja adalah fondasi dari budaya yang inklusif. Jika seseorang merasa takut akan dihakimi atau diabaikan, maka mereka tidak akan mau berbicara, apalagi memberikan ide-ide yang kreatif. Padahal, ide-ide itulah yang bisa menjadi inovasi besar untuk perusahaan,” ujar Dr Aqua Dwipayana.