sumedangekspres – Lintasan pacuan kuda di Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, adalah warisan dari Bupati Sumedang Pangeran Aria Suria Atmadja yang berasal dari era Hindia Belanda.
Masa kejayaan lintasan ini terlihat jelas pada tahun 1960-an dan 1970-an, menurut pengakuan mantan joki yang pernah berkompetisi di sana.
Selain sebagai arena balapan, lintasan ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial. Acara pacuan kuda sering kali diadakan bersamaan dengan festival lokal, sehingga menjadi momen berkumpul bagi masyarakat untuk merayakan tradisi. Berbagai hiburan, seperti pertunjukan seni dan bazar kuliner, biasanya menyemarakkan suasana perlombaan.
Baca Juga:Riddle "Raka dan Riki"Riddle "Pengganti Ibu"
Kuda yang berlaga di sini sebagian besar adalah kuda lokal, dilatih khusus oleh joki-joki dari daerah setempat. Banyak dari joki tersebut berasal dari keluarga peternak kuda dan menjalani pelatihan intensif untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan di arena balap.
Keberadaan lintasan ini juga mampu menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam pacuan kuda, yang merupakan bagian dari warisan budaya lokal.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Kabupaten Sumedang telah aktif mendukung pengembangan lintasan pacuan kuda di Kota Kaler. Mereka berfokus pada peningkatan fasilitas dan program pelatihan untuk joki serta pemilik kuda, bertujuan untuk meningkatkan kualitas perlombaan di masa depan.
Namun, seiring dengan adanya pandemi Covid-19 dan kondisi sarana yang semakin tidak memadai akibat banyaknya permukiman warga, lintasan pacuan kuda kini mengalami masa suram. Sejak 2019, tidak ada lagi perlombaan pacuan kuda yang diadakan.
Dengan kombinasi antara olahraga, budaya, dan kebersamaan, lintasan ini pernah menjadi simbol kehidupan masyarakat, meskipun kini tradisi tersebut terancam hilang.