Industri Hijau, Dorongan Pemerintah Belum Jelas

TERHAMBAT: Industri tekstil menghadapi permasalah mengenai penggunaan batu bara sebagai sumber energi.
ISTIMEWA, TERHAMBAT: Industri tekstil menghadapi permasalah mengenai penggunaan batu bara sebagai sumber energi.
0 Komentar

sumedangekspres, CIMANGGUNG – Isu penggunaan batu bara sebagai sumber energi di industri manufaktur Indonesia, khususnya di sektor tekstil, menjadi sorotan utama yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Baik dalam hal regulasi maupun dukungan terhadap transisi menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Tantangan tersebut dianggap penting untuk diatasi demi mendukung keberlanjutan industri dalam menghadapi tuntutan pasar global. Ketua DPK Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Sumedang, Luddy Sutedja, menggarisbawahi peran penting pemerintah dalam memfasilitasi regulasi yang mendukung penggunaan energi terbarukan sebagai pengganti batu bara.

“Regulasi yang mendukung transisi ke energi terbarukan sangat dibutuhkan, terutama bagi industri yang ingin tetap kompetitif di pasar internasional,” ujar Luddy saat diwawancarai, baru baru ini.

Baca Juga:Ahmad Syaikhu Silaturahmi dengan Ulama Sumedang, Bahas kerjasama Pembangunan Jawa BaratKPU Sumedang Gelar Apel Kesiapan Pilkada: Kampanyekan Slogan Madangan

Masalah penggunaan batu bara menjadi penghalang utama bagi industri dalam menarik pembeli, khususnya dari pasar Eropa yang semakin memperketat standar lingkungan. Menurut Luddy, banyak buyer Eropa yang menolak untuk membeli produk dari industri yang masih menggunakan batu bara.

“Mereka punya ketentuan khusus, dan penggunaan batu bara di pabrik menjadi salah satu faktor penentu dalam keputusan mereka,” ungkapnya.

Akibatnya, potensi penurunan penjualan ekspor di sektor tekstil semakin mengemuka. Meskipun industri di Indonesia telah mematuhi regulasi domestik, standar yang diterapkan oleh pasar Eropa seringkali lebih ketat dan berbeda.

“Kita sudah taat aturan di dalam negeri, tapi standar buyer Eropa memang cukup berbeda dan sulit dipenuhi jika masih menggunakan batu bara,” tambah Luddy.

Sebagai langkah awal, beberapa perusahaan di Indonesia mulai melakukan audit lingkungan untuk memenuhi permintaan buyer. Namun, kendala utama terletak pada tingginya biaya produksi jika harus beralih ke energi terbarukan.

“Penggunaan energi terbarukan akan meningkatkan biaya produksi. Oleh karena itu, peran serta pemerintah dalam menyediakan insentif sangat penting,” jelas Luddy.

Transisi menuju energi terbarukan bukan hanya tentang memenuhi standar buyer internasional, tapi juga mengenai upaya menciptakan industri yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga:Pj Bupati Sumedang Olahraga Bersama: Tingkatkan Produktifitas Kerja ASNBank bjb Dukung Kejuaraan Nasional Baseball Softball Salman Al Farisi III

Menurut Luddy, dukungan pemerintah berupa regulasi yang mendorong penggunaan energi ramah lingkungan akan membantu industri untuk bertransformasi menuju green industry.

0 Komentar