“Kenapa tidak mau pergi ke sekolah, nak?” tanyanya dengan nada lembut sambil mengelus rambutku.
“Teman-temanku tidak menyukaiku,” rajukku.
Dengan semua kata lembut dan bijak, ibu menyuruhku untuk menceritakan semua yang ku alami. Awalnya aku menolak untuk menceritakan semua perlakuan teman-temanku, namun pada akhirnya aku luluh dan menceritakan semua yang kualami.
Pertama, si A selalu mengejekku. Kedua, si B selalu mengintip rokku. Ketika, si C selalu mengambil barangku tanpa izin. Terakhir, si D selalu menginjak kakiku.
Baca Juga:Trunamanggala Targetkan 85 Persen Partisipasi PemilihCikole Prioritaskan Bidang Kesehatan
Ibu mendengarkan semua keluh kesahku dengan sabar kemudian ia berkata, “Tidak apa-apa. Anak nakal seperti mereka pasti akan mendapatkan ganjarannya, nak. Kau hanya perlu tidak boleh nakal seperti mereka.”
Ucapan ibu sama sekali tidak membuat rasa kesalku memudar, tapi setidaknya aku sudah merasa lega karena aku sudah menceritakan semua keluh kesahku.
Beberapa hari kemudian, aku bersekolah seperti biasa. Anehnya, si A yang biasa mengejekku sekarang dia tidak bisa bicara.
Lalu beberapa hari selanjutnya, si B yang selalu iseng dan mengintip kebawah rokku sekarang dia tidak bisa melihat.
Hal aneh-pun terus terjadi, si C yang selalu mengambil barangku sekarang dia bahkan tidak bisa memegang pensil dengan benar.
Terakhir, si D yang selalu dengan sengaja menginjak kakiku kini tidak bisa berjalan dengan baik.
Ternyata ibu benar, mereka mendapatkan ganjaran dari tindakan mereka.