sumedangekspres – Stimming sering kali dilakukan untuk mengatasi perasaan cemas, menenangkan diri, atau mendapatkan rasa nyaman, terutama dalam situasi yang menimbulkan stres atau ketegangan.
Stimming bisa bervariasi bentuknya, mulai dari gerakan fisik tertentu, suara, hingga perilaku yang melibatkan indra lainnya, seperti penciuman atau pendengaran. Meski wajar, jika perilaku stimming mengganggu kehidupan sehari-hari atau membahayakan individu tersebut, pengelolaannya menjadi penting agar bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan sosial dan emosional seseorang.
jenis-jenis stimming yang bisa terjadi pada seseorang, termasuk mereka yang memiliki autisme atau kondisi lain seperti ADHD. Stimming melibatkan semua pancaindra (penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, atau pengecapan) dan bisa muncul dalam berbagai bentuk. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis stimming beserta contohnya:
Baca Juga:Berbagai Penyebab Kaki Bengkak pada LansiaDaftar Manfaat Daun Pepaya untuk Ibu Hamil
Jenis-Jenis Stimming dan Cotohnya:1. Stimulasi Sentuhan – Menggosok atau menggaruk kulit – Memutar-mutar rambut – Membuka dan menutup kepalan tangan – Mengetukkan jari pada objek – Menggerak-gerakkan tangan atau lengan
2. Stimulasi Visual – Menatap cahaya dalam waktu lama – Mengedipkan mata terus-menerus – Memutar mata – Melihat benda berputar – Menggerakkan jari di dekat mata
3. Stimulasi Pendengaran – Menggumam – Bersenandung – Batuk berkali-kali – Mengulang kata atau suara tertentu
4. Stimulasi Penciuman – Mencium atau mengendus benda – Menjilati benda
5. Stimulasi Gerakan – Mengayunkan tangan atau kaki – Menggoyangkan tubuh – Berjalan mondar-mandir
6. Stimulasi Oral – Mengunyah atau menggigit benda
Mengapa Stimming Terjadi?
Stimming biasanya terjadi sebagai respons terhadap perasaan atau emosi tertentu, seperti stres, kecemasan, kemarahan, atau frustrasi. Namun, perasaan lain seperti kebahagiaan, kesedihan, atau kebosanan juga dapat memicu perilaku stimming.
Proses biologis yang terjadi saat stimming berhubungan dengan pelepasan beta-endorfin dalam tubuh. Zat ini memiliki efek yang mirip dengan obat penenang, memberikan perasaan nyaman dan menenangkan. Selain itu, dopamin juga dapat dilepaskan, yang berkontribusi pada perasaan senang dan bahagia. Perasaan positif ini membuat seseorang cenderung mengulangi perilaku stimming, karena tubuh “terbiasa” dengan sensasi nyaman yang diberikan oleh aktivitas tersebut.
Dengan demikian, stimming berfungsi sebagai mekanisme koping yang membantu seseorang untuk mengatasi perasaan stres, kecemasan, atau ketidaknyamanan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.