sumedangekspres – Setiap budaya di dunia pasti punya cara sendiri dalam menggambarkan nilai-nilai kehidupan, termasuk juga ketakutan.
Salah satu simbol paling umum yang muncul di banyak budaya untuk mewakili rasa takut adalah hantu. Meski definisi hantu bisa bervariasi, umumnya ia dianggap sebagai entitas yang memiliki kesadaran namun tidak berbentuk fisik, dan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah.
Hantu bisa dipahami sebagai roh orang yang telah meninggal atau makhluk dari dunia lain, seperti jin, tergantung budaya dan kepercayaan yang berlaku.
Baca Juga:Program Pembangunan Tiga Juta Rumah, Menteri Nusron: Ada 157 Hektare Tanah Telantar Siap DitindaklanjutiAgen BRILink Permudah Transaksi Keuangan di Kabupaten Empat Lawang, Menjangkau Hingga Pelosok Desa
Menariknya, setiap negara atau budaya punya versi hantunya sendiri, dengan cerita seram yang khas. Kenapa sih setiap daerah punya hantu khas? Jawabannya mungkin karena setiap orang punya ketakutannya sendiri. Ketakutan ini bisa berbeda-beda berdasarkan ruang dan waktu. Bahkan, dalam satu wilayah pun, bentuk dan penampakan hantu bisa berubah-ubah.
Di Indonesia misalnya, dulu pada masa kerajaan Hindu-Buddha seperti Majapahit atau Sriwijaya, hantu-hantu yang dikenal memiliki wujud yang sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang. Hantu-hantu seperti Butha Dengen, yang berbentuk tanpa suara seperti burung malam, atau Banaspati, yang berwujud kepala api, sangat populer pada masa itu.
Namun, seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh Islam, hantu-hantu yang dikenal di Indonesia pun berubah.
Kini, banyak hantu yang tampil dengan busana putih, seperti pocong, kuntilanak, atau sundel bolong. Ini mungkin berhubungan dengan tradisi Islam yang mewajibkan kain kafan putih untuk jenazah.
Pengalaman melihat tubuh yang dibungkus kain kafan putih lalu menimbulkan kesan mendalam dalam ingatan dan alam bawah sadar kita. Perasaan takut dan rasa kehilangan yang muncul akhirnya terwujud dalam bentuk hantu berbusana putih.
Dengan begitu, hantu-hantu ini sebenarnya adalah manifestasi dari ketakutan manusia, yang tercipta berdasarkan pengalaman, kepercayaan, dan asumsi budaya. Pada masa Hindu-Buddha, misalnya, orang yang meninggal sering dibakar dalam ritual Ngaben, yang melahirkan sosok hantu berwujud api, seperti Banaspati.
Begitu juga dengan hantu-hantu lainnya yang hadir sebagai simbol dari ketakutan dan kenangan yang mendalam terhadap orang yang telah meninggal. Semua itu, akhirnya, menjadi bagian dari kebudayaan yang terus diwariskan, mencerminkan bagaimana ketakutan bisa “terlihat” dalam berbagai bentuk.