Sebelum ProsedurSebelum menjalani CRT, pasien akan menjalani pemeriksaan fisik dan tes penunjang seperti elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi (USG jantung). Pasien juga harus mengikuti petunjuk medis, seperti berpuasa beberapa jam sebelum prosedur dan mungkin menghentikan konsumsi obat-obatan tertentu.
Prosedur Cardiac Resynchronisation TherapyProsedur CRT dilakukan dengan memasukkan alat pacu jantung melalui pembuluh darah untuk merangsang detak jantung. Terdapat dua jenis perangkat CRT:
- CRT-P (Cardiac Resynchronization Therapy with Pacemaker): Mengirimkan aliran listrik agar bilik kiri dan kanan jantung berdetak bersamaan.
- CRT-D (Cardiac Resynchronization Therapy with Defibrillator): Dilengkapi dengan defibrilator untuk mencegah henti jantung mendadak dan memberikan kejutan listrik saat detak jantung bermasalah.
Prosedur ini umumnya memakan waktu 2–3 jam. Setelah pemasangan alat, pasien akan dipantau di ruang pemulihan dan dirawat inap selama beberapa hari.
Baca Juga:Penyebab dan Tindakan Kondisi Jantung BengkakBeberapa Jenis Obat Kutil yang Tersedia di Apotek dan Dapat dibeli Tanpa Resep Dokter
Setelah ProsedurPasien perlu membatasi aktivitas berat, menjaga kebersihan jahitan, dan menghindari perangkat elektronik dengan medan magnet yang kuat. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan diperlukan untuk memastikan fungsi perangkat CRT. Baterai pada perangkat CRT bertahan sekitar 10 tahun, dan penggantian perangkat akan disarankan sebelum baterai habis.
Efek Samping dan RisikoBeberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah prosedur termasuk infeksi, perdarahan, gangguan fungsi paru-paru, dan kegagalan fungsi perangkat CRT. Risiko terkait dengan pemasangan perangkat seperti cedera pada jantung juga dapat terjadi, meskipun jarang.
Cardiac Resynchronisation Therapy menawarkan harapan baru bagi pasien dengan gagal jantung dan gangguan irama jantung, memungkinkan jantung berfungsi lebih efisien dan meningkatkan kualitas hidup mereka.(*)