Dampak Belanja Online, 150 Pedagang Pasar Tanjungsari Gulung Tikar

TERPURUK: Kondisi salah satu kios pakaian di Pasar Tanjungsari yang sepi pembeli akibat adanya toko online.
TERPURUK: Kondisi salah satu kios pakaian di Pasar Tanjungsari yang sepi pembeli akibat adanya toko online.
0 Komentar

sumedangekspres, TANJUNGSARI – Popularitas belanja online melalui platform seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan TikTok Shop terus meningkat, memberikan dampak besar pada keberlangsungan pasar tradisional. Di Pasar Tanjungsari, sebanyak 150 dari total 670 kios, khususnya pedagang pakaian, terpaksa menutup usaha karena minimnya pembeli.

Kepala UPT Pasar Tanjungsari, M. Nasir, mengungkapkan, perubahan pola belanja masyarakat menjadi faktor utama penurunan jumlah pengunjung pasar.

“Masyarakat sekarang lebih memilih belanja online karena harga lebih murah, kualitas barang bersaing, dan praktis tanpa perlu keluar rumah. Ini menyebabkan kunjungan ke pasar tradisional terus menurun,” jelas Nasir kepada Sumeks, baru-baru ini.

Baca Juga:Jelang Nataru, Harga Sembako di Pasar Inpres Sumedang Merangkak NaikStrategi Pemda Sumedang Dongkrak Lahan Kareumbi Tumbuhkan Ekonomi Masyarakat

Kondisi tersebut semakin memprihatinkan karena mayoritas pedagang belum mampu beradaptasi dengan tren digital. Nasir menjelaskan, pihaknya telah mendorong para pedagang untuk memanfaatkan teknologi, seperti berjualan melalui siaran langsung di platform seperti TikTok. Namun, respons dari para pedagang masih minim.

“Sebagian besar pedagang merasa kesulitan memulai karena dianggap ribet atau tidak paham. Padahal, peluang ini dapat membantu mereka tetap bersaing,” tambahnya.

Dampak dari tren belanja online tidak hanya mengurangi jumlah pembeli, tetapi juga mengubah dinamika pasar. Jika sebelumnya aktivitas pasar berlangsung hingga sore hari, kini pasar sudah terlihat sepi sejak pukul 10 pagi.

Wawan, salah satu pedagang pakaian di Pasar Tanjungsari, mengaku semakin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.

“Dulu, kios saya selalu ramai, tapi sekarang untuk makan sehari-hari saja sulit. Hampir tidak ada pembeli,” ujarnya.

Karena sepinya pembeli, Wawan bahkan mengurangi jam operasional kiosnya.

“Biasanya saya buka sampai sore, tapi sekarang tidak ada gunanya,” katanya dengan nada kecewa.

Di tengah keterpurukan, para pedagang berharap adanya campur tangan pemerintah untuk membantu pasar tradisional bertahan. Edukasi terkait teknologi digital dan promosi pasar tradisional dianggap sebagai solusi agar para pedagang dapat bersaing dengan toko online.

Baca Juga:Bela Negara Tahap II, Perumda Tirta Medal Tanamkan NasionalismePolisi Ajak Siswa MI GUPI Conggeang Cegah DBD

Dengan momentum libur Natal dan Tahun Baru, para pedagang berharap lonjakan pengunjung dapat memberikan sedikit angin segar. Namun, jika belanja online terus mendominasi tanpa upaya adaptasi yang signifikan, masa depan pasar tradisional seperti Pasar Tanjungsari diperkirakan semakin suram. (kos)

0 Komentar