sumedangekspres – Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Barat IX (Kabupaten Sumedang, Majalengka, dan Subang), Ateng Sutisna, mendorong pengembangan peternakan domba di Sumedang sebagai sektor unggulan yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain menjabat sebagai Wakil Ketua Departemen Agribisnis dan Pangan Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI), Ateng juga merupakan pemilik Padepokan Domba Tangkas Condro Wisesa yang aktif dalam pengembangan ternak domba tangkas di wilayah ini.
Menurut Ateng, Sumedang memiliki keunggulan dalam sektor peternakan domba karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan sistem breeding ternak.
“Budidaya domba tangkas di Sumedang punya prospek besar. Masyarakat kita sudah memiliki pengalaman dalam beternak, tinggal bagaimana kita meningkatkan skala usaha dan kualitas produksi,” ujar Anggota DPR dari dapil Jabar IX tersebut, Selasa (04/02).
Baca Juga:Bakar Sampah, Gudang Rongsokan di Sumedang Hangus TerbakarMengejutkan, Ranting Pohon Besar Menancap di Atap Masjid SMK Muhammadiyah 1 Sumedang
Selain sumber daya manusia yang sudah terampil dalam beternak, Sumedang juga memiliki potensi pakan yang melimpah. Limbah tahu, yang merupakan produk sampingan dari industri tahu khas Sumedang, dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif yang kaya nutrisi. Selain itu, lahan hijau yang luas serta ketersediaan pakan konsentrat semakin memperkuat peluang pengembangan ternak domba di daerah ini.
“Potensi pakan di Sumedang juga luar biasa, ampas tahu dari pengolahan Tahu khas Sumedang merupakan sumber pakan yang baik untuk ternak. Disamping itu, lahan hijau yang luas dan potensi pakan konsentrat juga tercukupi untuk pengembangan ternak di Sumedang.” jelas Ateng.
Namun, Ateng menyoroti beberapa kendala yang masih menjadi tantangan dalam pengembangan sektor ini. Market yang masih konvensional dan skala usaha yang kecil menjadi hambatan bagi peternak untuk meningkatkan daya saing di pasar nasional maupun internasional. Selain itu, akses permodalan bagi peternak skala besar masih terbatas, padahal dana ketahanan pangan di desa seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor ini.
Sebagai solusi, Ateng mendorong pemerintah untuk bisa bernegosiasi agar pembayaran dam denda haji dan umroh bisa dilakukan di Indonesia. Sehingga domba-dombanya dari Indonesia, dipotong di Indonesia, dan dibagikan ke kaum dhuafa di Indonesia. Hal ini tentu dapat berkontribusi positif untuk industri ternak.