Imbas Kisruh Elpiji 3 Kg, Pengecer di Sumedang Masih Tutup

KOSONG: Salah seorang pemilik pangkalan di Sumedang menyebutkan sejak seminggu terakhir belum mendapatkan kiri
ISTIMEWA, KOSONG: Salah seorang pemilik pangkalan di Sumedang menyebutkan sejak seminggu terakhir belum mendapatkan kiriman pasokan.
0 Komentar

sumedangekspres, TANJUNGSARI – Kelangkaan Liquified Petroleum Gas (elpiji) atau LPG 3 kilogram yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir membuat banyak warga resah. Pasalnya, mereka kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dan usaha kecil.

Petugas Pasar Tanjungsari Encang mengaku, sampai saat ini lapak pengecer penjual gas elpiji 3 Kg hingga kini masih tutup, tidak ada aktifitas penjualan.

“Pengecer gas elpiji ukuran 3 Kg beberapa hari ini tutup. Alasannya apakah gasnya kosong atau bagaimana kami juga tidak tahu,” terang Encang saat dikonfirmasi, Kamis (6/2).

Baca Juga:Desa Jatimulya Fokus pada Program Ketahanan PanganSDN Cilengkrang Buka Kantin Kejujuran 

Dikatakan, sejak ramai pengecer tidak boleh menjual gas elpiji 3 Kg, pengecer yang biasanya jual kini tutup, mungkin pasokan gas belum datang. Tetapi, kini sudah hampir beberapa hari tutup terus.

“Belum bisa dibilang normal lagi, karena memang beberapa hari ada kelangkaan gas elpiji 3 Kg,” jelasnya.

Menurutnya, kelangkaan sebelumnya hanya berlangsung beberapa hari saja. Dia pun berharap pasokan kembali normal seperti semula.

Namun, meskipun stok mulai pulih di beberapa tempat, permintaan masyarakat tampaknya masih tinggi.

“Sekarang mungkin karena sudah normal lagi. Jadi jarang yang nyari,” tambahnya.

Seperti diketahui, masyarakat kembali lega setelah pemerintah memperbolehkan lagi pengecer menjual gas elpiji 3 kilogram. Hal itu diakui seorang pengecer di Kecamatan Conggeang, Risda Fitriana, Kamis (6/2).

Menurutnya, kebijakan tersebut lebih mempermudah masyarakat untuk mendapatkan gas elpiji 3 Kg, tidak mempersulit.

Baca Juga:Permudah Layanan Administrasi, Warga Mekarrahayu Aktivasi IKDBakar Sampah, Gudang Rongsokan di Jatinangor Ludes

“Apabila kebijakan tersebut tetap diberlakukan, dalam satu kecamatan jumlah pangkalan hanya sedikit. Sementara, masyarakat akan terpusat ke pangkalan tersebut. Terbayang antrian yang akan terjadi,” jelas Risda.

Selain itu, lanjut dia, untuk memperoleh gas elpiji 3 kilogram akan menyita waktu cukup panjang. Belum biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dari berbagai pelosok kecamatan.

“Biasanya pangkalan akan berada di kota kecamatan, warga untuk membeli gas akan sulit dan harus menempuh jarak cukup jauh. Belum lagi adanya antrian yang akan memakan waktu,” katanya.

Dia pun bersyukur pemerintah memperbolehkan lagi pengecer menjual elpiji 3 kilogram.

“Jadi ketika membutuhkan tidak perlu mencari ke pangkalan karena di warung dekat rumah sudah tersedia kembali,” tandasnya.

0 Komentar