Tak jauh dari situ, berdirilah Universitas Koperasi Indonesia, atau yang akrab disebut IKOPIN. Ia mungkin tidak sebesar dua tetangganya, namun justru di situlah kekuatannya. Dengan dua fakultas dan visi koperasi yang kuat, IKOPIN menawarkan cara berpikir yang berbeda: membangun bangsa lewat kolaborasi dan kebersamaan. Sebuah ide yang pelan tapi pasti, mulai kembali relevan.
Dan di ujung jalur pendidikan ini, berdiri kampus yang tak biasa: Institut Pemerintahan Dalam Negeri. IPDN, kampus kedinasan yang tidak mengenal istilah “kos-kosan”, karena para prajanya hidup dalam kedisiplinan dan tata tertib yang ketat. Mereka datang untuk satu tujuan: menjadi tulang punggung pemerintahan negeri ini. Tiga fakultas di dalamnya seolah menjadi tempat menempa mental dan karakter, bukan hanya ilmu.
Jatinangor tidak besar. Tapi di balik ukurannya yang mungil, ia menampung mimpi-mimpi besar. Dari kampus ke kampus, dari kosan ke warung kopi, dari perpustakaan ke warung makan kaki lima, ada ratusan ribu cerita yang sedang ditulis.
Baca Juga:Milad Ponpes Darul Hikmah, Bupati Dony Minta Perkuat Ukhuwah Motor Adu Banteng, Pemotor Tewas Seketika di Jatinangor
Maka, jika suatu hari kamu melewati Jatinangor dan melihat jalanan yang penuh sesak, jangan kesal dulu. Bisa jadi, itu adalah suara masa depan yang sedang tumbuh. (engkos koswara/sumedang ekspres)