Sejarah ITB Jatinangor: Dari Kolonial Belanda hingga Pusat Keunggulan Life Sciences

Sejarah ITB Jatinangor: Dari Kolonial Belanda hingga Pusat Keunggulan Life Sciences
Sejarah ITB Jatinangor: Dari Kolonial Belanda hingga Pusat Keunggulan Life Sciences (Ilustrasi AI)
0 Komentar

sumedangekspres – Pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia tak lepas dari perjalanan panjang Institut Teknologi Bandung (ITB).

Di balik megahnya kampus Jatinangor, tersimpan sejarah panjang transformasi dan perluasan visi akademik ITB.

Sejarah ITB Jatinangor menjadi saksi bisu bagaimana institusi ini menjawab tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan nasional.

Baca Juga:Ular King Cobra Masuk Dapur, Damkar Sumedang Gerak CepatUpdate Harga Sewa Apartemen Easton Park Jatinangor, Mulai Rp1,75 Juta per Bulan

Awalnya, pendidikan tinggi teknik di Indonesia dimulai pada 3 Juli 1920, saat Pemerintah Belanda mendirikan Techniche Hoogeschool te Bandung (TH). Terletak di Jalan Ganesha, Bandung, TH hanya memiliki satu fakultas, yaitu de Faculteit van Technische Wetenschap dengan satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw.

Sejak saat itu, perubahan terus terjadi, mengikuti arus sejarah dan dinamika bangsa.

Selama masa penjajahan Jepang hingga awal kemerdekaan, lembaga ini mengalami transformasi signifikan.

Puncaknya, pada 2 Maret 1959, Pemerintah Indonesia menetapkan dua fakultas dari Universitas Indonesia menjadi bagian dari ITB yang mandiri: Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam.

Sejak itu, Sejarah ITB Jatinangor pun mulai mengukir babak-babak penting dalam perkembangannya.

Saat ini, kampus ITB di Jalan Ganesha, seluas 29 hektar, telah berkembang menjadi rumah bagi 12 Fakultas dan Sekolah, serta 1 Sekolah Pascasarjana, dengan total 50 program studi jenjang Sarjana.

Lebih dari 1.200 dosen dan 1.500 tenaga kependidikan melayani lebih dari 23.000 mahasiswa. Namun, dengan kapasitas ideal hanya 15.000 mahasiswa, kampus Ganesha menjadi semakin padat.

Kondisi itu melahirkan kebutuhan untuk memperluas cakupan pendidikan ITB.

Baca Juga:Jatinangor Golf: Surga Golf dan Relaksasi di Tengah Alam PegununganPemilihan Rektor UPI: Terbuka, Transparan, dan Tanpa Titipan

Maka dibentuklah Direktorat Pengembangan ITB pada 21 April 2010 lewat SK Rektor ITB No. 147/SK/K01/2010, guna menyusun rencana pengembangan kampus secara fisik maupun nonfisik. Di sinilah bab baru dalam Sejarah ITB Jatinangor mulai terbuka lebar.

Momentum penting terjadi pada 31 Desember 2010, ketika ITB menandatangani perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait pemanfaatan lahan di Jatinangor dan Tanjungsari.

Lokasi seluas 46 hektar di Jatinangor dipilih sebagai pusat pengembangan keunggulan dalam life sciences, menjadi titik awal lahirnya Sejarah ITB Jatinangor sebagai kampus luar Ganesha yang pertama.

Keputusan strategis ini didukung penuh oleh empat pilar ITB: Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Majelis Guru Besar, dan Rektor. Dalam praktiknya, pengembangan kampus Jatinangor juga sejalan dengan arah pembangunan Provinsi Jawa Barat, terutama dalam bidang pangan, kesehatan, energi, industri, air, transportasi, dan lingkungan.

0 Komentar