10 Fakta Menjijikan Restoran Cepat Saji (Fast Food) di Seluruh Dunia

Fakta Menjijikan Restoran Cepat Saji
Ilustrasi: Unsplash/Jonathan Borba
0 Komentar

SUMEDANG EKSPRES – Kami akan mengungkap beberapa fakta tersembunyi mengenai restoran cepat saji atau fast food. Tidak hanya susu yang terkandung dalam keju, keju yang digunakan di sebagian besar restoran cepat saji juga mengalami pemrosesan berat.

Salah satu contohnya adalah burger yang tidak mudah membusuk, yang dikaitkan dengan rendahnya kadar kelembaban. Namun, tetap saja, hal ini cukup mengkhawatirkan.

Kentang goreng pun memiliki sifat serupa. Kentang goreng McDonald’s, misalnya, menunjukkan sedikit perubahan seiring waktu, yang membuatnya seolah-olah tidak bisa membusuk. Selain itu, beberapa bahan tambahan yang digunakan dalam makanan cepat saji juga patut dipertanyakan.

Baca Juga:Musik Ternyata Menipu Otak dan Realita, Pahami Cara Kerja Pikiran Kita7 Rekomendasi Motor Terbaik untuk Touring Saat Ini, Cocok untuk Petualang

Amonium sulfat, yang biasa digunakan dalam pupuk, ternyata juga ditemukan dalam beberapa jenis roti, termasuk roti hamburger di restoran cepat saji. Komponen silikon dioksida, yang merupakan unsur dalam pasir, juga digunakan sebagai agen anti-pengerasan dalam makanan cepat saji.

10 Fakta Menjijikan Fast Food

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa fakta menjijikan tentang restoran cepat saji (fast food) yang mungkin jarang diketahui. Terutama terkait dengan proses penyiapan makanan dan persepsi publik terhadapnya. Harap diperhatikan, beberapa informasi berikut bisa cukup menjijikkan.

1. Slime Merah Muda

Dikenal sebagai pink slime atau lean finely textured beef (LFTB), produk ini merupakan daging sapi tanpa lemak bertekstur halus yang merupakan produk sampingan dari pengolahan daging. Meski mendapat banyak publisitas negatif, badan pengawas seperti FDA telah menyetujui penggunaannya untuk konsumsi manusia. Namun, hal ini tetap menimbulkan kekhawatiran.

Pink slime dibuat dari sisa daging sapi yang kemudian diolah untuk menghilangkan lemaknya. Karena lebih rentan terhadap kontaminasi E. coli dan Salmonella, produk ini sering kali diproses dengan amonia—zat yang dilarang di Kanada dan Uni Eropa.

Meski kontroversi seputar pink slime mencuat sejak 2011, penggunaannya masih berlanjut. Faktanya, pada tahun 2018, pink slime diklasifikasikan sebagai daging giling di Amerika Serikat.

2. Logo Restoran Cepat Saji Dirancang untuk Membuatmu Lapar

Makanan cepat saji umumnya memiliki harga yang terjangkau, tetapi keuntungan yang diperoleh restoran dari penjualannya sangat besar. Dalam bisnis berskala besar seperti McDonald’s atau Burger King, anggaran pemasaran yang dikeluarkan sangat besar, termasuk dalam penerapan psikologi konsumen.

0 Komentar