Bahaya Deepfake di Masa Depan Bukan Hanya Rekayasa Wajah Manusia

Bahaya Deepfake
Bahaya Deepfake di Masa Depan
0 Komentar

Teknologi pertukaran wajah memungkinkan seseorang untuk mengganti wajah dalam sebuah objek, baik itu wajah selebritas seperti Luna, Jay Chou, Will Smith, Tom Cruise, maupun siapa pun yang diinginkan. Kita mungkin sepakat bahwa hal ini tampak seperti hiburan belaka—sekadar lucu-lucuan. Semakin mirip dan semakin realistis hasilnya, kita semakin tercengang dan takjub, bahkan mungkin bertepuk tangan.

Namun, bayangkan jika wajah seseorang disisipkan ke dalam video dewasa. Apa yang akan terjadi? Membayangkannya saja sudah cukup mengkhawatirkan. Sebelum Anda penasaran dan berpikir untuk mencobanya, peristiwa ini sudah menjadi bencana di Korea Selatan.

Fenomena yang dikenal sebagai “wajah palsu” telah digunakan untuk membuat konten pornografi, memicu ketakutan di kalangan masyarakat. Banyak warga Korea Selatan bahkan menghapus foto selfie mereka dari media sosial karena khawatir menjadi korban.

Baca Juga:7 Rekomendasi Motor Terbaik untuk Touring Saat Ini, Cocok untuk PetualangBukan Hanya Soal Pertamax Oplosan, Begini Cara SPBU Pertamina Lakukan Kecurangan

Kasus ini mencuat setelah seorang lulusan Seoul National University diduga berkonspirasi dengan tiga pria lainnya untuk menciptakan foto dan video cabul dari wajah para korban, lalu menyebarkannya melalui Telegram. Yang lebih miris, banyak korban yang terlibat adalah anak di bawah umur dan remaja. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 800 laporan kasus deepfake pornografi dengan ratusan tersangka yang telah diusut.

Deepfake Jadi Krisis Nasional yang Menggemparkan Korea Selatan

Pada Kamis lalu, anggota parlemen Korea Selatan mengesahkan undang-undang yang mengkriminalisasi kepemilikan atau konsumsi konten deepfake yang bersifat eksplisit secara seksual. Hukuman yang diberlakukan mencakup kurungan penjara dan denda.

Langkah ini diambil setelah ditemukan banyak ruang obrolan daring yang membagikan konten deepfake eksplisit yang menargetkan perempuan, dengan korban yang semakin banyak berasal dari kalangan pelajar.

Dalam ranah politik, DeepMedia, sebuah perusahaan yang mengembangkan alat pendeteksi media sintesis, melaporkan bahwa setidaknya 500.000 video dan audio deepfake telah dibagikan di media sosial secara global sepanjang tahun 2023.

Mayoritas konten tersebut merupakan bagian dari kampanye politik yang tersebar luas selama siklus pemilu di Amerika Serikat pada 2023–2024, termasuk di Indonesia. Sebagian dari deepfake yang dibuat digunakan untuk propaganda politik dan disinformasi, sementara sebagian lainnya menjadi alat kampanye hitam yang menyerang lawan politik.

0 Komentar