Lalu, siapa yang diuntungkan dari semua ini? Jawabannya jelas, mereka yang berada di atas.
3. Mengapa Narasi “Kemiskinan adalah Takdir” Diciptakan?
Ketika seseorang percaya bahwa kemiskinan adalah takdir, apa yang akan terjadi? Mereka tidak akan melawan. Mereka tidak akan mencari solusi. Mereka akan diam dan menerima.
Dan inilah yang diinginkan oleh mereka yang berada di puncak kekuasaan.
Baca Juga:7 Rekomendasi Motor Terbaik untuk Touring Saat Ini, Cocok untuk PetualangBukan Hanya Soal Pertamax Oplosan, Begini Cara SPBU Pertamina Lakukan Kecurangan
Sejak di bangku sekolah, kita diajarkan untuk menjadi pekerja, bukan pemilik usaha. Di tempat kerja, kita diminta bekerja keras, namun upah kita terus ditekan. Di tengah masyarakat, kita diminta untuk bersyukur atas keadaan—bahkan jika keadaan itu penuh penderitaan.
Pernahkah kamu bertanya, mengapa dorongan untuk keluar dari kemiskinan selalu datang dari luar? Mengapa orang miskin tidak diajarkan cara berpikir seperti orang kaya sejak kecil? Karena ketika kamu mulai menyadari bahwa kemiskinan adalah ilusi yang diciptakan oleh sistem, kamu akan mulai mempertanyakan segalanya. Dan saat itulah kamu dianggap sebagai ancaman.
4. Bagaimana Cara Mereka Membuat Kita Percaya Kemiskinan Adalah Takdir?
Melalui agama yang dipelintir maknanya.
Agama sering dijadikan alat untuk menanamkan mentalitas pasrah. Padahal, jika kita benar-benar membaca ajaran agama dengan hati yang terbuka, Tuhan tidak pernah menyuruh kita untuk menyerah pada keadaan. Tuhan tidak pernah berkata, “Jadilah miskin dan terimalah nasibmu.” Yang Tuhan ajarkan adalah kerja keras, usaha, dan keadilan.
Namun narasi yang beredar justru sebaliknya. Mereka berkata, “Terimalah nasibmu karena Tuhan sudah menentukan.” Padahal, banyak orang kaya di dunia ini juga beragama, tetapi mereka tidak percaya bahwa mereka harus hidup miskin.
Melalui sistem pendidikan yang dirancang untuk mencetak pekerja.
Pernahkah kamu bertanya, mengapa di sekolah kita tidak diajarkan tentang pengelolaan keuangan? Mengapa tidak ada pelajaran tentang membangun bisnis? Mengapa kita hanya diajarkan untuk menghafal, bukan untuk berpikir kritis?
Karena sistem pendidikan memang dirancang untuk mencetak karyawan, bukan pemimpin. Kita diajarkan untuk bekerja keras demi orang lain, bukan untuk membangun sesuatu milik kita sendiri. Dan selama kita terjebak dalam pola pikir ini, kita tidak akan pernah bisa keluar dari jeratan kemiskinan.