Oleh: Drs H Dadang Nurholis Penyuluh Agama Islam Kecamatan Sumedang Selatan
Di tengah riuhnya peradaban modern yang kerap dipenuhi hiruk-pikuk kepentingan dan kebisingan informasi masih ada sosok-sosok yang berjalan pelan namun teguh dalam langkahnya. Mereka bukan pahlawan dengan senjata, bukan pula tokoh yang berdiri di panggung kekuasaan.
Namun kehadiran mereka laksana lentera yang menerangi lorong-lorong kehidupan umat. Mereka adalah para penyuluh agama Islam. Tugas penyuluh agama bukanlah sekadar menyampaikan kata-kata.
Baca Juga:DPRD Sumedang Tinjau Pasar Parakanmuncang, Harus Layak!Bulog Serap Gabah Petani Kelompok Tani Mandiri Wado
Mereka hadir untuk menyalakan harapan, membimbing dengan kelembutan, serta menyentuh luka-luka kehidupan yang tak tampak di permukaan. Mereka membawa misi dari langit, namun tetap menjejakkan kaki di bumi.
Dalam perannya, mereka menjadi pena yang menulis kebenaran, hati yang menyampaikan kasih, serta lidah yang membisikkan petunjuk.
Peran mereka mencakup empat dimensi utama:
Pertama, informatif. Penyuluh hadir untuk menyampaikan kabar kebaikan, menjelaskan hukum-hukum agama, dan memperjelas arah di tengah kabut kebingungan. Mereka adalah pelita di tengah gelapnya ketidaktahuan.
Kedua, edukatif. Mereka menjadi guru yang tak hanya mengajarkan huruf dan kata, tetapi juga menanamkan nilai akhlak dan hikmah. Dengan pendekatan yang lembut, mereka membimbing umat memahami ajaran dengan hati.
Ketiga, advokatif. Penyuluh berdiri bersama mereka yang lemah, menyuarakan keadilan bagi yang terpinggirkan. Dalam sunyi yang panjang, merekalah yang menyuarakan kebenaran.
Keempat, konsultatif. Mereka menjadi telinga bagi hati yang resah, menjadi pelabuhan bagi jiwa-jiwa yang karam dalam kehidupan yang penuh tantangan.
Namun, jalan pengabdian penyuluh bukanlah jalan yang mulus. Di sana terbentang rintangan: krisis moral, kemiskinan spiritual, keretakan keluarga, hingga pudarnya kepercayaan. Semua itu menjadi medan yang harus dihadapi dengan ketangguhan jiwa.
Baca Juga:Cegah Banjir, Warga Sindanggalih Gotong Royong Bersihkan SelokanRumah Sakit Unpad Alternatif Layanan Kesehatan Masyarakat Sumedang
Di sinilah dibutuhkan “jiwa petarung”. Bukan petarung dengan amarah dan senjata, melainkan petarung yang mengandalkan kesabaran, keberanian, dan kasih sayang. Seorang petarung yang tak jemu menyapa dusun terjauh, tak letih berdialog dalam peluh, dan tak ragu mengulurkan tangan kepada yang terjatuh.
Penyuluh agama sejatinya adalah mata air di tanah yang kering, payung di tengah badai, serta mentari yang terbit setelah malam yang panjang. Mereka memerlukan keteguhan seperti para nabi, kelembutan para wali, dan keberanian seorang mujahid.