Museum Prabu Geusan Ulun, Jejak Sejarah dan Budaya di Sumedang

PAPARKAN: Pemandu wisata Museum Prabu Geusan Ulun Abdul Syukur saat menunjukkan Mahkota Binokasih kepada Sumek
PAPARKAN: Pemandu wisata Museum Prabu Geusan Ulun Abdul Syukur saat menunjukkan Mahkota Binokasih kepada Sumeks, baru-baru ini.
0 Komentar

sumedangekspres, KOTA – Kota Sumedang memiliki salah satu destinasi bersejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat, yakni Museum Prabu Geusan Ulun. Museum ini menjadi pusat pelestarian sejarah dan budaya Sunda, khususnya yang berkaitan dengan Kerajaan Sumedang Larang.

Abdul Syukur, pemandu wisata di museum tersebut, menjelaskan, Museum Prabu Geusan Ulun sudah berdiri sejak tahun 1994, meskipun penamaan resminya sebagai “Museum Prabu Geusan Ulun” telah ditetapkan sejak Maret 1974.

Penamaan museum ini diambil dari nama salah satu raja terkenal di Sumedang, Prabu Geusan Ulun.

Baca Juga:Jiwa Petarung Penyuluh AgamaDPRD Sumedang Tinjau Pasar Parakanmuncang, Harus Layak!

“Nama museum ini diresmikan pada tahun 1974, dan sejak saat itu menjadi tempat pelestarian berbagai benda bersejarah peninggalan Kerajaan Sumedang,” ujarnya kepada Sumeks, baru-baru ini.

Museum ini memiliki lima gedung utama yang menyimpan berbagai koleksi berharga, antara lain Gedung Bumi Kaler, Gedung Gendeng, Gedung Gamelan, Gedung Kereta, dan Gedung Pusaka. Masing-masing gedung memiliki fungsi dan koleksi yang berbeda.

Gedung Gamelan, yang dibangun pada tahun 1973 atas bantuan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, menyimpan berbagai alat musik tradisional Sunda. Gedung Bumi Kaler yang dibangun pada tahun 1850 merupakan rumah peninggalan Pangeran Sugih dan menjadi salah satu rumah adat Sunda berarsitektur julang ngapak.

Gedung Gendeng, yang dibangun pada tahun 1850, difungsikan sebagai tempat penyimpanan pusaka-pusaka para bupati Sumedang. Sementara itu, Gedung Pusaka yang dibangun tahun 1960 atas sumbangan Ginanjar dari Jakarta, menjadi tempat penyimpanan koleksi utama, termasuk mahkota Binokasih Sanghyang Paké yang diyakini telah berusia lebih dari 447 tahun.

Mahkota tersebut merupakan simbol legitimasi kekuasaan dan kejayaan Kerajaan Sunda serta dianggap sebagai pusaka paling sakral di museum ini. Ada pula Gedung Kereta Kencana yang menyimpan koleksi kereta kerajaan bernama Nagapaksi, sumbangan dari Pemerintah Kabupaten Sumedang dan dibangun sekitar tahun 1960.

“Museum ini mengisahkan sejarah kejayaan Sunda. Mahkota Binokasih Sanghyang Paké menjadi daya tarik utama karena merupakan peninggalan Prabu Siliwangi yang dijaga dan dilestarikan dengan baik,” jelas Abdul.

Setiap tahunnya, museum ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi Sumedang yang jatuh pada tanggal 22 hingga 27 April. Dalam peringatan tersebut, dilakukan tradisi pencucian benda pusaka sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan pelestarian budaya.

0 Komentar