sumedangekspres, KOTA – Kota Sumedang ditetapkan sebagai Puseur Budaya Sunda (Pusat Budaya Sunda), yang disingkat SPBS, berdasarkan deklarasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009. Penetapan ini berlandaskan nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Sunda yang kuat di wilayah tersebut.
Salah satu simbol utama kebudayaan Sunda yang dijaga dan dilestarikan di Sumedang adalah Mahkota Binokasi Sanghiyang Pake, sebuah simbol legitimasi kekuasaan tertinggi dalam budaya Sunda.
Tokoh budaya Sunda, R. Lucky Djohari Soemawilaga, yang juga dikenal sebagai radya Anom Keraton Sumedang Larang, menjelaskan, Mahkota Binokasi Sanghiyang Pake memiliki makna yang dalam dan menjadi bagian dari kekuatan budaya Sunda yang harus terus dikaji dan dilestarikan.
Baca Juga:Mie Jebew, Kuliner Unik dan Viral di Alun-alun SumedangWarga Waspada, Sungai Cipelang Meluap
“Mahkota ini bukan sekadar simbol, tetapi merupakan warisan nilai luhur yang mengandung kasih sayang sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan. Dari sinilah muncul nilai-nilai gotong royong, toleransi, dan musyawarah,” ujarnya saat diwawancara Sumeks, baru-baru ini.
Kraton Sumedang Larang menjadi pusat kegiatan pelestarian budaya Sunda. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2020, kedudukan Kraton Sumedang Larang diakui secara resmi sebagai lembaga budaya yang berlokasi di Bale Agung Srimanganti.
Keraton ini memiliki fungsi utama sebagai pusat pengembangan, pelestarian budaya daerah, serta pengayom masyarakat.
“Keraton bukan sekadar simbol sejarah, tapi merupakan institusi kebudayaan yang berfungsi membangun karakter dan menyebarkan nilai-nilai budaya Sunda,” kata R. Lucky.
Keraton Sumedang Larang juga telah memenuhi tujuh unsur utama yang disyaratkan dalam struktur kraton tradisional. Salah satu program turunannya adalah rekonstruksi dan revitalisasi Kraton Sumedang Larang sebagai sentrum budaya.
R. Lucky menekankan, budaya Sunda merupakan identitas adiluhur yang tidak bertentangan dengan syariat agama. Nilai-nilai budaya Sunda seperti kasih sayang, silih asah, silih asih, dan silih asuh adalah warisan leluhur yang membentuk peradaban.
“Budaya Sunda membentuk karakter kepemimpinan dan kebijaksanaan. Baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki karakter kasih sayang, sebagaimana simbol indung dalam budaya Sunda,” jelasnya.
Baca Juga:Antisipasi Banjir, KDM Dorong Penghijauan Alam di CimanggungHUT ke-39, JNG Gelar Turnamen Golf Berhadiah Mobil
Ia juga menyebutkan, Sumedang Larang didirikan oleh Batara Tungtang di Buana pada tahun 7021 Masehi. Nama ‘Sumedang Larang’ sendiri memiliki makna mendalam: Sumedang berarti pencerahan dan pengetahuan, sedangkan Larang berarti sesuatu yang mahal dan tidak ternilai karena dilandasi oleh nilai kasih sayang.