Namun, teknologi seperti ini tidak bisa lepas dari yang namanya grey area—yakni wilayah abu-abu yang belum memiliki kejelasan secara hukum atau etika. Salah satu isu terbesarnya adalah mengenai hak cipta dan orisinalitas karya.
Banyak penggemar Studio Ghibli merasa bahwa gambar yang dihasilkan oleh AI dengan gaya menyerupai karya Hayao Miyazaki dan timnya seolah-olah “mengambil” estetika khas mereka tanpa izin. Hal ini menjadi persoalan karena AI dilatih menggunakan kumpulan data, dan ada kemungkinan data-data tersebut mencakup karya asli para seniman Ghibli yang digunakan untuk dipelajari oleh sistem AI.
Meskipun kita tidak tahu secara pasti dari mana gambar-gambar tersebut diambil, kenyataannya adalah ketika AI mampu menghasilkan gambar yang sangat mirip dengan karya aslinya, banyak orang merasa bahwa ini merupakan bentuk pencurian karya orang lain.
Baca Juga:Hati-Hati! Aplikasi Risetcar Modus Bisnis Rental Berpotensi Investasi BodongPerbedaan Kemiskinan yang Dibuat Elit Global dan yang Takdir, 5 Fakta Ini Akan Menjawab Semuanya
Sebenarnya, permasalahan utama bukan pada kemampuannya untuk memproduksi gambar dengan cepat—karena hal tersebut justru bisa menjadi peluang besar. Masalah muncul ketika teknologi ini mampu menduplikasi karya orang lain dan menyajikannya seolah-olah sebagai karya orisinal dari sistem AI tersebut.
Yang memperburuk situasi adalah kenyataan bahwa duplikasi ini tidak dilakukan oleh individu, melainkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Ini berbeda dengan seseorang yang menggambar dengan tangan sendiri dan meniru gaya Ghibli untuk latihan pribadi, dibandingkan perusahaan besar yang mengambil ribuan karya dari para seniman untuk melatih sistem AI mereka—tanpa izin dari pembuat aslinya.
Hal inilah yang membuat banyak seniman merasa sangat dirugikan. Bayangkan saja, mereka telah mengasah keterampilan menggambar selama bertahun-tahun, membangun gaya visual khas dari nol, dan tiba-tiba karya-karya mereka digunakan tanpa izin untuk melatih AI, yang hasil akhirnya bisa digunakan orang lain hanya dalam hitungan detik.
Lebih parahnya lagi, sistem ini dimonetisasi oleh sebagian orang yang melihat peluang dari celah ini. Sebagai contoh, belakangan ini muncul layanan edit foto bergaya Studio Ghibli menggunakan AI, yang jelas tidak mendapat izin dari pemilik gaya atau karya aslinya.