Sritex Pernah jadi Raja Pabrik Tekstil Asia Tenggara Selama Puluhan Tahun Namun Bangkrut dalam Sekejap

Sritex
Kisah Kejayaan dan Kehancuran Sritex
0 Komentar

Dan memang benar, data tak pernah berbohong. Kapasitas produksi Sritex terus meningkat hingga mencapai 30 juta meter kain per bulan. Mereka mampu memproduksi seragam militer untuk lebih dari 30 negara. Bayangkan, lebih dari 30 negara — mulai dari Jerman, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, hingga Amerika Serikat — menggunakan seragam tentara buatan Solo, Indonesia.

Dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Sritex berhasil menguasai panggung internasional.

Namun, Sritex tidak berhenti sampai di situ. Mereka menginginkan lebih. Perusahaan ini mulai melakukan ekspansi secara agresif dengan mengakuisisi sejumlah pabrik untuk memperkuat cengkeramannya di industri tekstil.

Baca Juga:Viral Anggota DPRD Sumut Cekik Pramugari di Pesawat Wings Air, Ini OrangnyaKisah Kejayaan Esia Hidayah hingga Kehancurannya Gara-Gara Jaringan

Pada tahun 2009, Sritex mengakuisisi PT Bitratex Industries, sebuah pabrik tekstil besar yang memperkuat lini bisnis benang. Setahun kemudian, pada 2010, mereka kembali mengakuisisi PT Primayuda Mandiri Jaya — pabrik pemintalan kapas untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Ini bukan ekspansi biasa — ini adalah dominasi total. Mereka ingin menguasai seluruh rantai produksi, dari hulu hingga hilir: mulai dari kapas mentah, dipintal menjadi benang, diolah menjadi kain, hingga menjadi seragam militer. Semua dilakukan secara mandiri.

Mengapa demikian? Karena ketika seseorang menguasai rantai pasoknya sendiri, maka ia juga menguasai nasib perusahaannya sendiri.

Secara teori, strategi ini luar biasa. Sritex tidak bergantung pada pemasok luar, semua kendali berada di tangan mereka sendiri. Perusahaan ini menjelma menjadi kekuatan besar — powerhouse — yang semakin mendapat kepercayaan dari para investor.

Segalanya tampak berjalan sempurna, bahkan terlalu sempurna. Namun di balik layar, ambisi yang semula menjadi kekuatan justru perlahan berubah menjadi candu.

Sritex mulai berpikir, “Jika kita sudah sejauh ini, mengapa tidak sekalian menjadi lebih besar lagi?” Dan di sinilah titik kritis itu bermula.

Mereka mulai berani mengambil pendanaan internasional, dengan menerbitkan surat utang global (global bonds). Mereka yakin, dengan reputasi sebesar itu, investor asing pasti akan percaya.

Baca Juga:iQOO Z10 Hadir dengan Baterai Jumbo 7.300 mAh Super Fast Charging, Simak ReviewnyaStereotip Motor Matic di Indonesia

Dan benar saja — investor global datang membawa dana besar. Sritex memperoleh pendanaan segar ratusan juta dolar: 150 juta dolar, 225 juta dolar, dan terus bertambah.

0 Komentar