SUMEDANG EKSPRES – Inggris tidak akan menghentikan hubungan ekonominya dengan Tiongkok hanya untuk memperbaiki relasi dagang dengan Amerika Serikat. Hal ini disampaikan oleh portal berita inews yang mengutip sumber dari pemerintahan Inggris.
Pada Rabu (16/4), The Wall Street Journal memberitakan bahwa pemerintah AS tengah merancang kebijakan yang meminta dukungan mitra dagangnya untuk secara ekonomi mengucilkan Tiongkok sebagai timbal balik atas pemangkasan tarif perdagangan.
Namun, menurut laporan tersebut, Inggris menganggap tidak tepat jika pembahasan mengenai penurunan tarif AS disatukan dengan diskusi mengenai kerja sama dengan Tiongkok. Pemerintah Inggris memilih tetap menjalin hubungan yang bersifat “pragmatis” dengan Beijing.
Baca Juga:Butler dan Curry Antar Warriors ke Playoff Usai Taklukkan Grizzlies di Laga Play-in NBA 2025Kondisi Miris Kebun Teh di Pangalengan Dibabat Habis, Diduga Ada Alih Fungsi Lahan, Bernasib Seperti Puncak?
“Sikap dan pendekatan kami terhadap Tiongkok sudah jelas,” ujar sumber pemerintah Inggris seperti dikutip oleh inews.
Sebelumnya, pada 2 April, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan tarif timbal balik terhadap barang impor dari berbagai negara. Tarif dasar ditetapkan sebesar 10 persen, dengan tambahan tarif lebih tinggi untuk 57 negara berdasarkan tingkat defisit perdagangan AS dengan masing-masing negara tersebut.
Kemudian pada 9 April, Trump menyatakan bahwa tarif dasar 10 persen akan diberlakukan selama 90 hari bagi lebih dari 75 negara yang tidak menerapkan balasan tarif dan telah meminta negosiasi, kecuali Tiongkok.
Dalam eskalasi perang dagang tersebut, tarif Amerika terhadap produk dari Tiongkok meningkat hingga 145 persen, sementara tarif yang dikenakan Tiongkok terhadap barang-barang asal AS mencapai 125 persen.*
SUMBER: ANTARA