Gawat! Masyarakat Miskin Indonesia Tidak Peduli Ekonomi Negara Akan Makin Kacau

Masyarakat Miskin Indonesia
Masyarakat Miskin Indonesia Tidak Mengerti Ekonomi Negara
0 Komentar

Ketika seseorang hidup dalam tekanan ekonomi terus-menerus, ditambah lingkungan yang tidak memberikan banyak ruang untuk berkembang, otak mereka secara perlahan akan mengatur ulang pola pikirnya.

Mereka mulai percaya bahwa apa pun yang mereka lakukan akan berujung pada kegagalan. Usaha tidak dihargai, kerja keras tidak mengangkat derajat, dan bantuan sosial hanya bersifat sementara—tambal sulam tanpa solusi struktural yang nyata.

Pada titik tersebut, banyak dari mereka akhirnya memilih untuk diam dan pasrah. Bukan karena bodoh, tetapi karena mental mereka sudah terlalu sering dihantam kenyataan.

Baca Juga:7 Rekomendasi HP Sinyal Kuat Paling Stabil Pada 2025Review Lengkap Infinix Note 50s 5G Plus yang Dibilang Punya Desain Nyeleneh

3. Kemiskinan Struktural

Kita bisa melihat gejala ini dari cara mereka merespons berita-berita besar: rupiah melemah, suku bunga naik, IHSG merah. Semua itu bagi mereka hanyalah semacam drama—ada, tetapi tidak menyentuh mereka secara langsung. Sebab, dalam benak mereka sudah tertanam keyakinan bahwa apa pun yang terjadi di tingkat atas, hidup mereka tetap tidak akan berubah.

Bahkan ketika inflasi diumumkan naik 2% atau 5%, mereka tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sebab, harga-harga kebutuhan di warung sudah naik lebih dulu, dan mereka tidak memiliki daya tawar.

Di sinilah letak kesalahpahaman kita sebagai masyarakat. Kita sering menyimpulkan bahwa mereka malas, bodoh, atau tidak peduli. Padahal, yang kita lihat hanyalah permukaan dari luka yang telah lama dibiarkan.

Ketika seseorang terlalu sering diberi harapan palsu, ia akan berhenti berharap. Dan ketika terlalu sering gagal meskipun telah berusaha, ia akan berhenti berusaha.

Fenomena learned helplessness ini sangat nyata, dan dampaknya menjalar ke berbagai sisi kehidupan:

– Anak-anak dari keluarga miskin tumbuh menyaksikan orang tuanya pasrah.

– Remaja lebih memilih pekerjaan serabutan dibanding melanjutkan sekolah, karena merasa pendidikan tinggi tidak menjamin perubahan.

– Orang dewasa tidak ingin memikirkan masa depan, karena merasa masa depan hanyalah milik orang-orang kaya.

Baca Juga:3 Sisi Gelap Kamboja Ternyata Lebih Parah dari IndonesiaAplikasi Best Reading Buat Skema Investasi Bodong Modus Membaca Konten

Struktur ekonomi Indonesia dibangun dan dijalankan dalam bahasa yang terasa asing bagi mayoritas rakyatnya. Banyak kebijakan dirumuskan dengan istilah teknokratik, akademis, dan penuh angka—yang tidak pernah dikaitkan secara langsung dengan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat kelas bawah.

0 Komentar