Sementara itu, Malaysia baru memulai langkahnya di industri animasi pada tahun 1978 melalui FNM (Filem Negara Malaysia), yang kini dikenal sebagai FINAS (Perbadanan Kemajuan Filem Nasional Malaysia). Produksi animasi pertama mereka adalah film pendek Hikayat Sang Kancil. Film ini sempat ditayangkan secara terbatas pada tahun 1978, namun baru dirilis secara resmi dan luas kepada publik pada tahun 1983.
Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya mengambil langkah lebih awal dibandingkan Malaysia. Menariknya, pelopor animasi di kedua negara ini berasal dari lembaga pemerintah. Meski begitu, cukup disayangkan karena animasi pertama Indonesia digunakan sebagai media kampanye politik.
Setelah keberhasilan Hikayat Sang Kancil, Malaysia melanjutkan pengembangannya dengan merilis sekuelnya: Sang Kancil dan Monyet pada tahun 1984, serta Sang Kancil dan Buaya pada tahun 1985.
Baca Juga:7 Rekomendasi HP Sinyal Kuat Paling Stabil Pada 2025Review Lengkap Infinix Note 50s 5G Plus yang Dibilang Punya Desain Nyeleneh
Sementara itu, Indonesia setelah merilis animasi layanan masyarakat pada tahun 1955, hanya memproduksi animasi-animasi sederhana untuk kepentingan edukasi yang ditayangkan di TVRI pada era 1970-an. Barulah pada tahun 1983, PPFN merilis serial animasi pertama Indonesia yang berjudul Si Huma.
Dengan kehadiran Si Huma, Indonesia sebenarnya kembali unggul karena telah merilis serial animasi lebih awal daripada Malaysia. Namun, keunggulan tersebut tidak bertahan lama. Malaysia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang merilis film animasi panjang, yaitu Silat Lagenda pada tahun 1995.
Sejak saat itu, Indonesia benar-benar tertinggal jauh dalam bidang animasi. Minimnya dukungan terhadap industri animasi dalam negeri menjadi salah satu faktor utama mengapa Indonesia belum mampu menyamai pencapaian Malaysia di industri ini.
Pada tahun 1996, Malaysia membentuk lembaga bernama MDEC (Malaysia Digital Economy Corporation), yaitu lembaga negara yang bertugas mengembangkan ekonomi digital, termasuk melalui industri animasi. Bisa dikatakan, pemerintah Malaysia benar-benar memberikan dukungan serius kepada para animatornya karena mereka meyakini bahwa industri ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi digital nasional.
Salah satu hasil nyata dari kerja MDEC adalah keberhasilan mendukung kesuksesan serial animasi seperti Upin & Ipin, BoBoiBoy, dan Ejen Ali hingga bisa berkembang sebesar sekarang. Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa pendanaan produksi, tetapi juga dalam bentuk promosi serta distribusi animasi ke pasar internasional.