Beberapa pelaku menggunakan jaringan antar wilayah, memperluas distribusi narkoba hingga lintas kecamatan.
Para kurir sering menyamar sebagai ojek online atau jasa pengantar makanan agar tak menimbulkan kecurigaan.
Tak jarang pula mereka memilih lokasi transaksi di tempat ramai untuk menghindari pengawasan langsung.
Peran ASN Jadi Sorotan
Keterlibatan satu ASN dalam jaringan ini menjadi perhatian khusus.
Baca Juga:15.000 Warga Sumedang Selamat dari Ancaman Narkoba, Hampir Jadi Korban Obat HaramMerasa Kehilangan Motor? Cepetan Datang ke Polres Sumedang, Cek Kendaraan yang Berhasil Diamankan!
Sebagai seorang aparatur negara, ia justru berperan sebagai perantara peredaran narkoba, memanfaatkan jaringan sosial dan kepercayaannya di lingkungan kerja.
AKBP Joko mengingatkan bahwa penyalahgunaan narkoba kini bukan hanya perkara individu, tapi sudah menjadi jaringan dengan modus canggih dan terstruktur.
Oleh karena itu, ia menyerukan peran aktif masyarakat untuk melaporkan aktivitas mencurigakan di lingkungan masing-masing.
“Bila melihat sesuatu yang tidak wajar, segera laporkan. Karena di balik satu transaksi, bisa ada ribuan nyawa yang jadi taruhannya,” tegasnya.
Para tersangka kini menghadapi jerat hukum sesuai Undang-Undang:
- UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
- UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
- UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
Kapolres juga mengingatkan bahwa pendekatan teknologi dalam peredaran narkoba menjadi tantangan tersendiri bagi aparat penegak hukum.
Maka selain penegakan hukum, edukasi digital dan pengawasan di dunia maya juga harus ditingkatkan.
Kesimpulan
Peredaran narkoba di Sumedang menunjukkan wajah baru yang lebih modern dan terorganisir. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, para pelaku mencoba menghindari hukum. Namun, upaya Polres Sumedang menunjukkan bahwa kejahatan secanggih apa pun tetap bisa diungkap—asal masyarakat, teknologi, dan hukum bekerja bersama