Ahli Geologi Ungkap Penyebab Longsor Cisarua: Kandungan Air Tinggi dan Tanah Lembung Jadi Pemicu

Ahli Geologi Ungkap Penyebab Longsor Cisarua: Kandungan Air Tinggi dan Tanah Lembung Jadi Pemicu
Ahli Geologi Ungkap Penyebab Longsor Cisarua: Kandungan Air Tinggi dan Tanah Lembung Jadi Pemicu (Ilustrasi/AI)
0 Komentar

sumedangekspres — Bencana longsor yang menerjang Dusun Sukaasih, Desa Cisalak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang pada Minggu dini hari (4/5) kini mendapat sorotan dari para ahli geologi.

Salah satunya adalah Irfan Sopian, pakar geologi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), yang turut turun langsung meninjau lokasi terdampak untuk melakukan kajian awal terhadap peristiwa tersebut.

Dalam keterangannya, Irfan menjelaskan bahwa kondisi geologi di wilayah itu tergolong rentan terhadap pergerakan tanah.

Baca Juga:Dari Kenakalan Menuju Kemandirian: Pelajar Sumedang Ditempa Jadi Pemuda Tangguh di Barak TNIArti Mimpi Beli Emas: Pertanda Baik atau Sekadar Bunga Tidur?

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil pemetaan visual menggunakan drone, ia menemukan bahwa lapisan tanah tersusun dari material vulkanik muda yang berada di bagian atas — jenis tanah yang memiliki daya ikat lemah terhadap air.

“Setelah melihat sekitar longsoran, saya juga sempat menaikan drone melihat daerah sekitar mahkota longsoran dan batas-batas longsoran yang terjadi terlihat bahwa longsoran di sini terjadi akibat dipicu oleh kadar air yang meningkat di dalam tanah, terlihat masih ada rembesan air di batas tanah yang masih poros dan juga batas tanah yang kedap air. Sehingga itu menjadi batas antara longsoran yang terjadi di area ini,” jelasnya beberapa waktu lalu.

Irfan menilai, tingginya kadar air yang tertahan dalam tanah menjadi faktor pemicu utama terjadinya longsoran.

Apalagi di lokasi ditemukan rembesan air yang masih aktif keluar dari lereng tanah, memperbesar risiko longsor susulan.

“Tentunya potensi longsoran masih memungkinkan terjadi dikarenakan air masih ada, rembesan air masih terjadi. Yang kedua akibat longsoran ini masih berbentuk gawir-gawir yang masih terjal, jadinya itu juga menjadi salah satu yang masih berpotensi apabila ada titik-titik yang lain menyebabkan longsoran,” ujarnya.

Kondisi topografi kawasan tersebut, lanjut Irfan, juga mendukung terjadinya akumulasi air ketika hujan mengguyur.

Bentuk permukaan tanah di daerah itu menyerupai jalur aliran air, sehingga saat curah hujan tinggi, air tidak dapat mengalir dengan lancar dan justru tertahan dalam tanah, memperbesar tekanan dari dalam.

Baca Juga:Punya Banyak Logam Mulia Harus Tahu Ini, Panduan Zakat Emas Sesuai Syariat IslamMasih Bingung Cara Gadai Emas di Pegadaian? Ini Penjelasan Lengkap Proses, Layanan, dan Keuntungannya

“Tentunya hal ini kita kaji kembali dengan potensi hal tersebut dilihat dari misalnya kadar air yang meningkat, tentunya kita harus waspada karena saya lihat area ini di atas dari drone terlihat dari bentuknya terlihat jalur air. Sehingga kemungkinan saat hujan air berkumpul ke atas dan area ini sehingga kadar air dalam tanah meningkat tidak tersalurkan dengan baik,” ungkap Irfan.

0 Komentar