Program tersebut tentu tidak hanya siswa asal masuk ke barak militer tetapi juga memastikan kesiapan peserta meliputi kondisi fisik maupun kejiwaan peserta ketika menjalani pendidikan. Untuk kegiatan pelaksanaan program pendidikan karakter, disiplin, bela negara, dan wawasan kebangsaan di barak militer Komando Distrik Militer (Kodim) 0610/Sumedang sudah berjalan dari hari Jumat (9/5/2025). Dibuka langsung oleh gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Banyak yang menilai bahwa kebijakan gubernur yang akrab disapa KDM (Kang Dedi Mulyadi) ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Pihak yang kontra, seperti Atnike Nova Sugiro, selaku Ketua Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) memberikan kritik, bahwa kebijakan gubernur Jawa Barat mengirim anak yang dinilai nakal ke barak militer tersebut salah kaprah dan tidak sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah.
Perlu kita ketahui bahwa sistem pendidikan di sekolah memiliki keterbatasan dari segi tenaga pendidik dan kependidikan yang mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap peserta didik, terutama untuk medisiplinkan siswa. Butuh perlakuan yang optimal dalam pembinaan siswa dari berbagai sektor.
Baca Juga:Ternyata Alat Elektronik Ini Mengandung Emas, Jangan Buang Meskipun Sudah Rusak?Ini Bedanya Emas Asli dan Palsu, Jangan Sampai Tertipu
Menurut pernyataan tersebut sekolah merupakan sebuah sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai sistem terbuka, sekolah mengambil energi (masukan) dari lingkungan internal dan eksternal untuk menunjang keberhasilan dalam pendidikan. Seperti halnya program ekstra kulikuler tentu mengambil pelatih dari luar untuk menunjang prestasi siswa karena guru sebagai tenaga pendidik memiliki keterbatasan dalam bidang tertentu.
Menurut penulis pendidikan di barak militer bukan kegagalan institusi pendidikan dalam pembinaan terhadap siswa tapi program pendidikan di barak militer merupakan sesuatu yang harus dibangun antara pihak sekolah dan eksternal supaya siswa paham secara aturan dan mempunyai perlakuan khusus terhadap kedisiplinan.
Berdasarkan pernyataan diatas penulis menyimak bahwa pendidikan di barak militer memang sangat perlu sebagai penunjang pendidikan disekolah, pendidikan karakter di barak militer tidak akan menjadi trauma karena culture shock atau gegar budaya bagi siswa.
Pengemasan materi dengan kurikulum yang menunjang sesuai tingkatan bagi siswa SMP/ Sederajat maupun SMA/SMK/ Sederajat yang mengikuti pendidikan karakter di barak militer akan menghasilkan siswa yang berkarakter, mempunyai wawasan kebangsaan dan cinta tanah air dalam kultur masyarakat Indonesia yang beragam.