Prof. Leonardo menyampaikan bahwa metabolisme energi adalah fondasi dari seluruh fungsi kehidupan, sehingga gangguan dalam keseimbangan metabolisme energi bukan hanya menyebabkan penyakit metabolik seperti obesitas dan diabetes, tetapi juga berdampak signifikan pada penyakit infeksi, kanker, dan gangguan neurodegeneratif.
“Keseimbangan energi dikendalikan oleh empat pilar, yaitu nutrisi, aktivitas fisik, tidur, dan stress yang saling berinteraksi satu sama lain. Gangguan pada salah satunya dapat mempengaruhi hormon dan kualitas metabolisme. Dalam metabolisme energi, otot menjadi organ sentral, sehingga mempertahankan massa otot juga mempertahankan metabolisme basal dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi,” jelasnya.
Prof. Leonardo menambahkan bahwa ilmu metabolisme energi memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan kedokteran. Melalui kolaborasi lintas disiplin, pengembangan teknologi dalam pemantauan metabolik, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya keseimbangan energi dalam kehidupan sehari-hari, dapat menciptakan paradigma baru dalam dunia kesehatan yang lebih efektif, efisien, dan berbasis bukti ilmiah. Guru Besar bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
Baca Juga:Bertemu Dubes Singapura, Ahmad Luthfi Ingin Penerbangan Langsung Semarang-Singapura Dibuka Lebih CepatJual-Beli Pulau, Pemerintah Tegas: Tanah Tak Bisa Dimiliki Asing
Prof. Vitriana menyampaikan paparan keilmuan berjudul “Mengembalikan Fungsi, Menghidupkan Harapan: Peran Strategis Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan”.
Prof. Vitriana menjelaskan bahwa layanan rehabilitasi medik hadir sebagai jembatan antara keterbatasan dan keberdayaan. Namun, keterbatasan jumlah dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi tim rehabilitasi yang tidak lengkap di setiap rumah sakit, akses yang tidak merata, dan pemahaman masyarakat yang belum utuh tentang pentingnya rehabilitasi medik menjadi kendala pencapaian tujuan.
Prof. Vitriana menjelaskan bahwa ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi menggabungkan ilmu pengetahuan, empati, teknologi, dan keberpihakan sosial. Pendalaman ilmu ini mengingatkan bahwa tugas profesi kesehatan bukan hanya berkewajiban menyelamatkan nyawa, tetapi juga menghidupkan kehidupan, menghidupkan harapan menjadi ikhtiar.
“Besar harapan saya dapat mendorong Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi sebagai salah satu tulang punggung transformasi, menjadi jembatan antara kesembuhan dan harapan, antara keterbatasan dan keberdayaan. Menjadikan rehabilitasi medik bukan sekedar opsi tetapi merupakan hak semua warga negara, suatu investasi bukan beban dalam menggerakkan kehidupan dan membangun masa depan,” ujar Prof. Vitriana.