JATINANGOR — Komitmen dan kesungguhan menjadi kunci utama dalam membangun koperasi sejati di Indonesia. Hal itu disampaikan Guru Besar Ikopin University, Prof. Dr. Sugiyanto, Drs., M.Sc., dalam keterangannya yang menyoroti pentingnya koperasi sebagai gerakan pelayanan, bukan sekadar entitas bisnis.
“Koperasi tidak bisa disamakan dengan usaha biasa. Boleh untung, tapi orientasinya tetap pada pelayanan dan kesejahteraan anggota,” tegas Prof. Sugiyanto, yang selama ini dikenal sebagai akademisi sekaligus praktisi koperasi.
Ia menilai bahwa pengembangan koperasi sejati tidak akan berjalan jika tidak didukung oleh kemauan kuat dari semua pihak, termasuk dosen dan akademisi. “Kalau tidak ada kemauan, ya tidak akan jadi. Saya sendiri mungkin tidak terlalu pandai, tapi karena punya kemauan, ya bisa,” katanya merendah.
Baca Juga:Toktak, Olah Raga Tradisional yang MelegendaWarga Keluhkan Lalu Lalang Drum Truck
Lebih lanjut, ia menekankan perlunya implementasi nyata dari teori koperasi yang selama ini diajarkan di ruang-ruang kelas. Menurutnya, koperasi bukan semata-mata soal laporan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU), tetapi harus bisa membuktikan secara konkret peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan anggota.
“Data yang ada sekarang belum bisa menunjukkan bahwa koperasi benar-benar berdampak. Kita butuh justifikasi nyata terhadap tujuan koperasi,” ujarnya dengan nada kritis.
Terkait program Koperasi Merah Putih yang dicanangkan pemerintah, Prof. Sugiyanto menyambut baik kebijakan tersebut. Ia menyebutnya sebagai peluang besar yang tidak boleh disia-siakan, khususnya oleh masyarakat desa.
“Ini opportunity yang sangat mahal. Kepala desa dan masyarakat harus menangkapnya, bukan untuk tujuan pragmatis, tapi demi kesejahteraan kolektif,” ujarnya.
Sebagai contoh keberhasilan, Prof. Sugiyanto menyebut Desa Ponggok di Klaten yang mampu memberdayakan potensi lokal secara maksimal hingga seluruh anak di desa itu bisa mengenyam pendidikan tinggi. “Itulah negara makmur. Negara yang mampu menyekolahkan semua anak-anaknya,” katanya mengapresiasi.
Di akhir pernyataannya, ia berharap semua pemangku kepentingan kembali menyatukan visi dalam membangun koperasi di Indonesia. “Jangan sampai koperasi hanya jadi jargon. Arah dan tujuannya harus diperjelas agar kita bisa bergerak bersama menuju kesejahteraan,” pungkasnya. (kos)