PAMULIHAN — Santri Pesantren Islam Internasional Terpadu Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah Sumedang, kembali menorehkan prestasi gemilang, dalam ajang Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK) Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2025.
MQK digelar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat di Pondok Pesantren Al-Basayriah 2 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung, Kamis (7/8).
Kepala Bagian Kurikulum sekaligus Pembina MQK Pesantren Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah, Ust Firman Hambali menyampaikan, para santri yang diasuh Abuya Prof. Dr. (H.C.) K.H. Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi, MA itu antara lain,
Baca Juga:Hanya 50 Meter dari Alun-Alun! Ini Museum Prabu Geusan Ulun yang Tak Boleh Kamu LewatkanLiburan Murah Meriah! Ini Jam Buka & Harga Tiket Museum Prabu Geusan Ulun
- Alief Wira Yudha Mustholih (Tafsir Jalalain – Tafsir Wustha)
- Muhammad Ghani Al Ghifari (Adabul Alim Wal Muta’alim – Akhlaq Wustha)
- Muhammad Regi Ramdhani (Riyadusholihin dan Manhaj Dzawi Nadzor – Hadits dan Ilmu Hadits Ulya)
“Atas prestasi ini, ketiganya akan mewakili Provinsi Jawa Barat di ajang MQK Nasional Tahun 2025 yang dijadwalkan berlangsung di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada 1–7 Oktober 2025 mendatang,” katanya melalui aplikasi perpesanan yang diterima Sumeks, baru-baru ini.
Kami, kata Firman, mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi, mulai dari para guru, orang tua santri hingga seluruh civitas pesantren.
“Alhamdulillah, santri kami mampu mengukir prestasi di ajang prestisius tingkat provinsi,” imbuhnya.
Firman berharap doa dan dukungan dari semua pihak, agar para santri dapat kembali mengharumkan nama pesantren dan Provinsi Jawa Barat di tingkat nasional nanti.
“Musabaqoh Qiroatil Kutub bukan sekadar perlombaan, melainkan panggung intelektual bagi para santri yang mendalami kitab kuning, serta mencerminkan komitmen mereka terhadap khazanah keilmuan ulama salaf,” tutur Firman.
Lebih jauh Firman mwngatakan, MQK adalah kompetisi bergengsi yang menunjukkan kecintaan santri terhadap literatur klasik Islam.
“Ini bukan hanya ajang lomba, tapi juga sarana pelestarian dan pewarisan ilmu,” pungkasnya. (red)