sumedangeskpres- KULINER- Siapa yang tidak tau dengan Sate Maranggi yang sudah popular .Ingin tahu sejarahnya? Yuu simak..
Siapa yang bisa menolak kelezatan sate maranggi? Daging yang dipanggang di atas bara api, dilumuri bumbu rempah khas, lalu disajikan dengan sambal tomat segar atau kecap manis—membuat siapa pun tergoda untuk mencicipinya. Namun, di balik kelezatan itu, sate maranggi memiliki sejarah panjang yang menarik untuk disimak.
Asal-usul Nama dan SejarahnyaSate maranggi berasal dari Purwakarta, Jawa Barat. Konon, kata maranggi sendiri adalah sebutan untuk tukang membuat ukiran atau senjata tradisional di masyarakat Sunda tempo dulu. Orang yang berprofesi sebagai maranggi biasanya memiliki keahlian khusus, dan nama itu kemudian melekat pada sajian sate ini karena penjualnya dahulu dikenal memiliki keahlian meracik bumbu istimewa.
Baca Juga:Warung Nasi Sate Ceu Warti Lezatnya Sate Hangatnya SuasanaNgidam Bakso? Coba Bakso Malang Enak dan Murah di Desa Tanjungmekar
Cerita lain menyebutkan bahwa sate maranggi sudah ada sejak masa pertemuan budaya Sunda dan Tionghoa di pesisir Jawa. Racikan bumbunya terinspirasi dari teknik marinasi khas Tionghoa yang berpadu dengan rempah lokal Nusantara, menghasilkan cita rasa gurih, manis, dan sedikit pedas yang khas.
Sate Maranggi mempunyai filosofi yang dikenal sebagai ”Tiga Daging Setusuk” atau ” Tri tangtu dalam bahasa Sunda. Filosofi ini melambangkan tekad, ucap dan tindakan, mengandung makna yag dalam pada budaya sunda.
Maranggi” adalah panggilan seorang penjual sate yang berasal dari Jawa Tengah. Penjual sate ini dulu tinggal di Cianting dan menjual sate yang cukup populer di tahun 1970 an. Awalnya jualan sate biasa aja tidak ada namanya,hanya sate panggang saja, lambat laun perubahan jaman diganti menjadi Sate Maranggi karena dagingnya dari sapi dan kerbau. Selain itu, supaya lebih mudah dalam pengucapannya, orang-orang kemudian memanggilnya Maranggi.
Dari Tradisi Desa ke Panggung NasionalAwalnya, sate maranggi hanya dikenal di kalangan masyarakat pedesaan Purwakarta, sering disajikan saat hajatan, pesta panen, atau acara adat. Namun, sejak dibukanya jalur transportasi antar kota, cita rasa sate maranggi mulai merambah pasar yang lebih luas. Kini, sate maranggi menjadi ikon kuliner Purwakarta dan bisa ditemukan di berbagai kota besar di Indonesia.