Sumedang – Penemuan jasad bayi laki-laki di WC umum Masjid Nurul Iman Al Fadhillah, Lingkungan Alamsari, Kelurahan Kotakaler, Kecamatan Sumedang Utara, Selasa (12/8/2025) sore, menyisakan luka batin bagi masyarakat. Di balik kronologi yang menggegerkan warga, tersimpan potret kelam persoalan sosial yang kerap terabaikan.
Peristiwa itu terungkap setelah warga bernama Suherman curiga melihat pintu WC terkunci terlalu lama. Setelah didobrak bersama warga lain, mereka menemukan seorang perempuan, belakangan diketahui bernama Hima Rohima (30), warga Kota Tasikmalaya, dalam posisi telungkup sambil membawa kantong plastik. Pemeriksaan menemukan jasad bayi laki-laki dengan luka di dada, leher, dan bibir sebelah kanan. Bayi itu masih memiliki tali ari-ari dan berkulit putih.
Kasi Humas Polres Sumedang, AKP Awang Munggardijaya, menyatakan pihaknya masih mengumpulkan keterangan saksi dan memeriksa ibu bayi untuk mengetahui motif serta kronologi lengkap. “Kasus ini menjadi perhatian serius karena menyangkut nyawa anak, dan proses hukum akan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku,” tegasnya.
Baca Juga:Ruang Gerak Pengedar Masih Longgar3 Tips Foto Estetik Tanpa Editing di Obelix Sea View
Hima diketahui bekerja sebagai buruh harian lepas, profesi yang kerap diwarnai ketidakpastian penghasilan. Kondisi ekonomi yang sulit, minimnya akses layanan kesehatan, serta stigma sosial terhadap kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan kerap membuat perempuan berada dalam situasi terdesak.
Sejumlah pemerhati isu perempuan menilai kasus seperti ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat jaringan dukungan bagi ibu hamil, terutama yang berasal dari kalangan rentan. Edukasi kesehatan reproduksi, konseling, dan perlindungan sosial dianggap penting untuk mencegah tragedi serupa terulang.
Kasus di Sumedang ini tidak hanya soal hukum, tetapi juga tentang kemanusiaan. Di balik jasad seorang bayi yang tak sempat merasakan dunia, tersimpan pelajaran bahwa setiap nyawa memerlukan perlindungan—bukan hanya dari ancaman fisik, tetapi juga dari jeratan kemiskinan dan tekanan sosial yang mematikan pilihan