Unpad dan PT DNlM Jalin Kerja Sama dalam Komersialisasi Bahan Baku Farmasi Minyak Sacha Inchi

Unpad dan PT DNlM Jalin Kerja Sama dalam Komersialisasi Bahan Baku Farmasi Minyak Sacha Inchi
Unpad dan PT DNlM Jalin Kerja Sama dalam Komersialisasi Bahan Baku Farmasi Minyak Sacha Inchi
0 Komentar

Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pemasaran Unpad, Prof. apt. Rizky Abdulah, M.Si., Ph.D., menambahkan, “Perguruan tinggi memiliki fasilitas riset dan pengembangan yang dapat dimanfaatkan industri.

Sehingga industri tidak perlu mengeluarkan investasi besar di awal. Apalagi, pemerintah telah memberi insentif berupa tax deduction 1:3 bagi industri yang berinvestasi dalam riset di perguruan tinggi.

Riset di kampus harus diarahkan untuk menjawab masalah nyata di industri dan Masyarakat, tak boleh berhenti hanya di jurnal ilmiah.

Baca Juga:Aisyiyah Sumedang Soroti Masalah Pinjol: Picu KDRT Bahkan PerceraianMelahirkan di WC Masjid, Ibu Asal Tasikmalaya Tenteng Jasad Bayi di Dalam Kantong Plastik

Melalui FGD ini, kita berharap lahir roadmap dan model kolaborasi yang saling menguatkan antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah.”

Direktur Utama PT DNIM, Lilik Dwi Hindratno, melihat potensi sacha inchi melampaui pasar lokal.

“Melalui kemitraan ini, kami ingin mengaplikasikan hasil riset Unpad—termasuk minyak sacha inchi—ke formulasi produk yang siap dipasarkan, dengan dukungan uji laboratorium dan data ilmiah.

Harapannya, hilirisasi tidak berhenti di riset, tetapi berlanjut hingga produksi skala industri untuk pasar dalam negeri dan ekspor.”

Kepala Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad), Kolonel Ckm Dr. apt. Drs. TPH Simorangkir, M.Si., CIT, turut hadir dan menilai bahwa kolaborasi ini selaras dengan visi penguatan ketahanan kesehatan nasional.

Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang dapat menjadi basis kemandirian bahan baku farmasi, asalkan diiringi pemetaan potensi wilayah, hilirisasi berbasis kekhasan lokal, dan sinergi lintas sektor tanpa ego sektoral.

“Kita perlu memastikan hasil riset tidak berhenti di laboratorium, tapi benar-benar masuk rantai pasok industri, memberi manfaat pada masyarakat, dan mendukung target Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Baca Juga:Bantu Warga Mendapatkan Bahan Pangan di Bawah Harga Pasar, Polres Sumedang Gelar Pasar MurahKetua Komisi III DPRD Dorong Perda Harmoni Antarumat Beragama

FGD menghadirkan pandangan lintas sektor yang saling melengkapi. Prof. Sriwidodo mengawali dengan menekankan bahwa riset harus berpijak pada keberlanjutan hulu.

“Kalau bahan mentahnya hilang, semua inovasi akan lumpuh. Maka, riset harus menyentuh sisi agronomi dan keberlanjutan pasok.”

Teguh Dwi Raharjo S.P. dari Gapoktan berbicara langsung dari pengalaman petani. Ia menggambarkan sacha inchi sebagai tanaman bernilai tinggi, tetapi sensitif di tahap pascapanen.

0 Komentar