Raja saat itu melakukan semedi dan mendapat bisikan gaib untuk melemparkan keris emas pusaka leluhur ke dalam kawah gunung.
Setelah pusaka itu dilempar, letusan mereda dan gunung kembali tenang.
Dari sinilah nama “Tampomas” diyakini berasal, gabungan dari kata tampo (menerima) dan mas (emas).
Sejarah Gunung Tampomas
Gunung Tampomas sudah lama dikenal sebagai bagian penting dari sejarah Kabupaten Sumedang.
Baca Juga:Wabup Fajar: Sarpras Rusak Harus Ditangani, Jangan Tunggu ViralAntisipasi Massa Aksi Menuju Jakarta
Kawasan hutannya ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 423/Kpts/Um/7/1979.
Dengan luas sekitar 1.250 hektare, kawasan ini bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga area konservasi flora dan fauna.
Dalam catatan lama, Tampomas dahulu dikenal dengan nama Gunung Gede atau Gunung Geulis.
Dari masa ke masa, gunung ini menjadi saksi kehidupan kerajaan-kerajaan di Tanah Sunda, terutama Kerajaan Sumedang Larang.
Alamat dan Lokasi Gunung Tampomas
Gunung Tampomas berada di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dan mencakup wilayah lima kecamatan sekaligus: Buahdua, Conggeang, Paseh, Cimalaka, serta Tanjungkerta.
Lokasinya yang strategis membuat gunung ini mudah diakses dari pusat Kota Sumedang maupun dari wilayah tetangga seperti Bandung dan Subang.
Koordinat geografisnya terletak di 6.77°LS dan 107.95°BT, menjadikannya salah satu gunung berapi “tidur” yang menjadi penanda alam khas di kawasan Priangan Timur.
Waktu Terbaik ke Gunung Tampomas Sumedang
Baca Juga:Prestasi Nasional: Baznas Sumedang Raih Penghargaan BergengsiJagung Jadi Andalan Ketahanan Pangan Lokal
Waktu terbaik untuk mendaki Gunung Tampomas Sumedang biasanya adalah saat musim kemarau, sekitar bulan Mei hingga September.
Pada periode ini, jalur pendakian relatif lebih aman karena tidak licin dan curah hujan cenderung rendah.
Cuaca cerah juga memungkinkan pendaki menikmati panorama sunrise maupun sunset tanpa terhalang kabut tebal.
Selain itu, pemandangan dari puncak Tampomas terlihat lebih jelas, termasuk hamparan perbukitan dan area perkotaan di kejauhan.
Namun, meskipun musim kemarau menjadi pilihan utama, pendaki tetap disarankan untuk memulai perjalanan sejak pagi hari agar terhindar dari teriknya matahari siang.
Mendaki pada pagi hari juga memberi waktu lebih longgar untuk beristirahat di beberapa pos sebelum mencapai puncak.