Namun, di balik segala keramaian dan keunikannya, Jatinangor tetap punya sisi “pahit”. Fasilitas umum bagi pejalan kaki masih minim. Trotoar yang seadanya, jalur penyebrangan yang tidak layak, hingga kontur jalan yang naik-turun membuat mahasiswa kerap mengeluh.
Meski begitu, tinggal di Jatinangor meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan. Seperti kata Nelsy, mahasiswa Unpad semester 4, “Sukanya, ada Damri dan odong kampus yang memudahkan transportasi. Dukanya, ya soal trotoar dan JPO yang bikin jalan kaki agak ribet.”
Akhirnya, Jatinangor memang bukan sekadar nama kecamatan. Ia adalah tempat di mana ribuan mahasiswa tumbuh, berproses, jatuh cinta, patah hati, hingga menyimpan rindu yang sulit hilang meski sudah pergi. Karena Jatinangor, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, selalu punya cara membuat orang ingin kembali. (kos)
Penulis: ENGKOS KOSWARA, , Sumedang Ekspres, Kecamatan Jatinangor Sumedang.