PAMULIHAN – Menjelang akhir September 2025, para petani tembakau di Kabupaten Sumedang bisa sedikit bernafas lega. Meski cuaca kerap berubah cepat dan memasuki periode kemarau basah, kualitas panen tahun ini terbilang cukup baik.
Di Desa Cigendel, Kecamatan Pamulihan, misalnya, lahan-lahan tembakau kini tengah dipanen dengan hasil yang dinilai memuaskan. Daun tembakau dari wilayah ini bahkan termasuk yang berkualitas tinggi dibandingkan musim-musim sebelumnya.
Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (Disbun Jabar), kondisi cuaca ekstrem ternyata justru membuat serangan hama lebih terkendali. Hal itu tidak lepas dari penerapan pola pengendalian hama terpadu (PHT) yang secara konsisten dilakukan petani dengan arahan BPP (Balai Perlindungan Perkebunan) Disbun Jabar.
Baca Juga:Dari Selfie Biasa Jadi Karya Sinematik Monokrom Misterius: Eksperimen Foto dengan Gemini AIEdit Foto Wanita Berhijab dengan Jaket Kulit Hitam, Tampil Edgy dan Modern
“Di lapangan memang ada potensi gangguan, terutama serangan layu bakteri yang biasa muncul saat kemarau basah. Namun berkat penerapan PHT, dampaknya bisa ditekan,” jelas Kepala BPP Disbun Jabar, Mochamad Sopian Ansori, saat ditemui di Bandung, Kamis (25/9/2025).
Ia menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan adalah penggunaan metabolit sekunder berbahan aktif bakteri antagonis Pseudomonas. Cara ini terbukti membantu menjaga tanaman tetap sehat hingga masa panen.
Dari hasil pemantauan BPP di sejumlah wilayah sentra tembakau Jawa Barat, termasuk Pamulihan, produksi tembakau tahun ini memang sedikit menurun. Namun secara kualitas, rata-rata daun yang dihasilkan petani justru lebih baik.
“Kalau dari kualitas, banyak yang bagus. Sumedang menjadi salah satu contoh positifnya,” ujar Sopian.
Pemantauan ke lapangan masih terus dilakukan, terutama di desa-desa penghasil tembakau. Dengan langkah antisipasi dan perawatan berkelanjutan, diharapkan petani tetap dapat memperoleh hasil panen yang menguntungkan meski harus menghadapi cuaca yang sulit diprediksi. (kos)