Bahasa Jawa Kraton : Untuk Bahasa Jawanya Bagaimana?

Bahasa Jawa Kraton : Untuk Bahasa Jawanya Bagaimana?
Bahasa Jawa Kraton : Untuk Bahasa Jawanya Bagaimana?
0 Komentar

SUMEDANG ESKPRES – Hanya beberapa saja orang yang mengetahui Bahasa jawa Kraton tidak semuanya. Penasaran? Sini Simak Guys …

Bahasa yang dipakai di lingkungan istana Jawa, dikenal sebagai Bahasa Bagongan, merupakan salah satu bentuk bahasa Jawa yang diciptakan untuk menghapus kesenjangan sosial di dalam istana.

Bahasa ini hanya digunakan di lingkungan keraton dan tidak diperbolehkan digunakan di luar istana.

Baca Juga:Lirik Lagu Untuk Kita Renungkan – Ebiet G. Ade.Lirik Lagu Untuk Tuhan – Naura

Ciri khasnya terletak pada kekayaan kosakata serta tingkat tutur yang sangat halus, termasuk penggunaan bahasa Jawa Krama Inggil sebagai bentuk penghormatan kepada penguasa atau orang yang belum dikenal.

Ciri-ciri Bahasa Jawa Kraton (Bahasa Bagongan):

1. Tingkat Kehalusan (Krama Inggil): Dalam lingkungan istana, Bahasa Jawa tingkat tinggi atau Krama Inggil digunakan secara dominan sebagai bentuk penghormatan, kesantunan, serta untuk mempertahankan tatanan sosial di antara keluarga kerajaan dan para pejabat istana.

2. Kosakata Khas: Bahasa Bagongan memiliki perbendaharaan kata serta struktur yang berbeda dari bahasa Jawa yang digunakan sehari-hari, sehingga menciptakan semacam “bahasa khusus” yang hanya digunakan di lingkungan Kraton Mataram.

3. Fungsi Sosial: Awalnya, Bahasa Bagongan berfungsi untuk menumbuhkan rasa kesetaraan di antara warga istana, namun tetap menjaga tata krama, keanggunan, dan struktur hierarki yang berlaku di lingkungan kerajaan.

Bahasa Krama Sebagai LandasanBahasa Jawa Krama, khususnya bentuk Krama Inggil yang merupakan ragam halus tertinggi, menjadi fondasi dari “bahasa kraton” atau Bahasa Bagongan. Hal ini karena karakteristiknya yang lembut, santun, dan penuh tata krama

“Bahasa Jawa kraton” merupakan ragam bahasa yang dikembangkan untuk digunakan di lingkungan istana, dengan tingkat kesopanan dan kehalusan yang sangat tinggi. Bahasa ini dikenal dengan sebutan Bahasa Bagongan dan berakar pada Bahasa Jawa Krama. Penggunaannya ditujukan untuk percakapan yang menunjukkan rasa hormat mendalam, terutama kepada raja serta anggota keluarga kerajaan.

0 Komentar