2. Sejarah Singkat Lagu
Lagu “Untuk Sebuah Nama” pertama kali diperkenalkan pada sekitar tahun 1970-an (sumber lain menyebutkan dirilis dalam album Pance Pondaag bertajuk 16 Tembang Kenangan Vol 1).
Namun, lagu ini paling populer dan mencapai puncak ketenaran ketika dipopulerkan kembali oleh Meriam Bellina pada tahun 1984 dalam album keduanya, yang sebagian besar lagunya juga diciptakan oleh Pance Pondaag.
Popularitas lagu ini turut mengukuhkan posisi Pance Pondaag sebagai komposer hitmaker utama di Indonesia pada dekade tersebut. Meskipun lagu-lagunya kerap bernuansa sedih, karya-karyanya selalu laris manis dan terus diperdengarkan hingga saat ini.
3. Makna Lagu
Baca Juga:Viral Penemuan Jasad di Depan Kampus ITB Jatinangor, Korban Belum TeridentifikasiInspirasi Fashion Muslimah: 7 Warna Gamis yang Paling Serasi dengan Hijab Coksu, Bikin Tampilan Makin Anggun!
Secara umum, lirik lagu “Untuk Sebuah Nama” melukiskan perasaan kerinduan mendalam seseorang terhadap sosok yang sangat dicintai, yang kini telah hilang atau tidak dapat dimiliki.
- Rindu yang Tak Terpadamkan: Lagu ini mengekspresikan betapa kuatnya rasa rindu terhadap ‘sebuah nama’ (sosok kekasih) yang tidak pernah pudar.
- Harapan di Alam Mimpi: Karena perpisahan atau jarak, tokoh dalam lagu ini hanya bisa berharap agar mimpi dapat membawanya kembali bertemu dengan dambaan hati tersebut.
- Cinta yang Tunggal: Bagian reff menunjukkan penegasan bahwa sang kekasih adalah satu-satunya (‘kau satu segalanya bagiku,’ ‘kau saja belahan jiwa ini’), sehingga ia rela melepaskan rindu hanya dalam dunia mimpi dan bayangan, karena di dunia nyata, mereka tidak dapat bersatu.
Intinya, lagu ini adalah himne tentang cinta yang setia, namun harus dipendam atau hanya dapat diwujudkan dalam alam bawah sadar (mimpi), menjadikannya salah satu tembang yang paling menyayat hati di kancah musik pop Indonesia.