Konsep ini menjadikan koperasi bukan hanya bagian dari rantai pasok, tetapi juga penggerak ekonomi desa yang melibatkan ibu-ibu rumah tangga, petani kecil, dan pelaku usaha mikro.
Ada hal menarik dari sistem yang diterapkan Koperasi Sugih Mitra Kreatif. Tidak seperti koperasi konvensional yang memberikan pinjaman uang, koperasi ini memilih menyalurkan .
“Banyak pelaku usaha kesulitan modal menjelang Ramadan atau Lebaran. Kami bantu bahan bakunya. Setelah produksi, hasilnya kami bantu pasarkan. Pembayarannya bisa dengan produk, tidak harus uang,” kata Dede.
Baca Juga:Cara Tukar Uang Koin Kuno Pecahan 1000 Kelapa Sawit di Bank IndonesiaDaftar Marketplace yang Menerima Penjualan Uang Kuno pecahan 1000 di Indonesia dan Luar Negeri
Model ini dinilai lebih aman dan produktif, sekaligus mengurangi risiko kredit macet. Dengan bahan baku yang tersedia dan jalur distribusi yang jelas, pelaku usaha bisa lebih fokus pada produksi.
Di tengah kiprahnya yang kian meluas, Dede menegaskan koperasinya bukan lembaga monopoli seperti yang sempat disangka sebagian orang.
“Kami tidak menguasai, tapi menghidupkan. Koperasi ini justru ingin menggerakkan BUMDes, KopDes, dan UMKM lokal agar ikut berputar. Semakin banyak yang terlibat, semakin besar manfaatnya,” tegasnya.
Ke depan, koperasi ini menargetkan membuka kantor cabang di setiap kecamatan pada 2026 agar semakin banyak pelaku usaha bisa bergabung.
“Kami ingin koperasi ini menjadi rumah besar bagi pelaku usaha di Sumedang. Tempat belajar, berproses, mendapatkan modal, sekaligus memasarkan produk,” ujar Dede optimistis.
Dengan semangat gotong royong, Koperasi Sugih Mitra Kreatif perlahan membuktikan bahwa gerakan ekonomi rakyat bisa tumbuh dari bawah — dari tangan-tangan kecil yang bekerja bersama, bukan dari modal besar.
“Mari hidupkan lagi semangat berkoperasi. Karena di koperasi, keuntungan kembali untuk anggota. Kalau kita bergerak bersama, Insya Allah UMKM Sumedang akan semakin kuat dan mandiri,” tutup Dede dengan senyum hangat.(red)