Paguron Putra Harapan, Sejak 1973 Konsisten Harumkan Nama Sumedang di Dunia Pencak Silat

Paguron Putra Harapan, Sejak 1973 Konsisten Harumkan Nama Sumedang di Dunia Pencak Silat
Paguron Putra Harapan, Sejak 1973 Konsisten Harumkan Nama Sumedang di Dunia Pencak Silat
0 Komentar

SUMEDANGEKSPRES – Di tengah gempuran zaman dan tantangan regenerasi dalam dunia seni bela diri tradisional, Paguron Pencak Silat Putra Harapan tetap teguh berdiri, membawa harum nama Kabupaten Sumedang di berbagai ajang kejuaraan, baik tingkat kabupaten maupun provinsi. Berdiri sejak tahun 1973, paguron ini menjadi salah satu pilar pelestarian seni budaya pencak silat yang tak kenal lelah mencetak pesilat-pesilat berprestasi.

Lia Liawati, Ketua Paguron Putra Harapan menjelaskan, paguron ini lahir dari gagasan Abah Entang, seorang pegiat seni budaya yang ingin mempertahankan warisan leluhur melalui jalur pencak silat. “Kami berdiri tanpa dukungan pembiayaan dari pemerintah. Semua murni dari semangat dan keuletan pelatih serta dukungan masyarakat sekitar,” ungkap Lia, sELASA (15/10).

Didampingi oleh pelatih senior, Yadi, paguron yang berlokasi di Lingkungan Gunung Gadung, RT 02 RW 16, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan ini secara konsisten mencetak juara di berbagai kejuaraan.“Setiap ada event kejuaraan, Alhamdulillah kami selalu pulang membawa piala. Tidak tanggung-tanggung, juara terbaik di berbagai tingkatan menjadi langganan,” tambahnya.

Baca Juga:Fraksi PPP DPRD Sumedang Sesalkan Tayangan Televisi yang Lukai Marwah PesantrenKang Herman Desak Pemda Ikut Bersuara Terkait Tayangan Trans7 yang Diduga Menghina Kyai dan Dunia Pesantren

Sayangnya, di balik prestasi yang membanggakan itu, fasilitas pendukung paguron masih jauh dari kata layak. Ratusan piala dan piagam penghargaan yang pernah diraih sebagian besar sudah hilang atau rusak karena tidak adanya tempat penyimpanan yang memadai. “Karena dianggap tidak penting, banyak yang hilang.Padahal itu bukti perjuangan kami,” ujarnya lirih.

Meski berjalan secara swadaya dan sering kali ‘merangkak’ dalam hal pembiayaan, Paguron Putra Harapan tetap eksis hingga kini. Kiprahnya tak hanya dalam bidang olahraga, namun juga dalam melestarikan seni budaya asli Indonesia. Lia berharap, pemerintah Kabupaten Sumedang bisa mulai memberi perhatian lebih kepada paguron-paguron yang telah terbukti berkontribusi mengharumkan daerah.

“Setiap kali kami juara, yang disebut adalah nama Sumedang. Maka, sudah saatnya kami mendapatkan ruang, perhatian, dan apresiasi yang layak. Ini bukan tentang kami, tapi tentang membangun Sumedang melalui seni budaya,” tutup Lia Liawati penuh harap. (RED)

0 Komentar