SUMEDANG EKSPRES – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan dalam pembahasan rapat dengan pihak Danantara soal utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) siapa yang menanggung pihaknya masih menunggu keputusan. Pihak Danantara menurut Purbaya, akan pelajari lagi seperti apa kelanjutannya. “Saya sih sudah pada pendapat yang jelas. Tapi mereka ngontot aja” ujar Purbaya saat jumpa pers usai rapat kordinasi antara Menteri Keuangan dengan Dewas Danantara, Kamis (16/10).
“Saya sudah jelas tidak pakai APBN. Sudah disampaikan langsung dari Bapak. Sudah saya sampaikan. Kenapa? Karena Danantara itu terima dividen dari BUMN kan. Hampir Rp 90 triliun, Itu cukup untuk menutup yang Rp 2 triliun bayaran tahunan untuk kereta api cepat. Dan saya yakin uangnya juga setiap tahun akan lebih banyak di situ.,” jelas Purbaya pada insan media.
Lebih lanjut Purbaya mengatakan Danantara akan propose ke kementeriana keuangan seperti apa. “Kalau saya bilang saya sudah putus. Ya kira-kira nanti kita tunggu deh seperti apa studinya. Tapi yang jelas saya tanya ke BDO tadi, apakah di klausulnya ada yang bayar harus pemerintah? Kan yang penting kalau saya tahu si DBO, saya pernah diskusi juga dulu. Mereka yang penting struktur pembayarannya clear. Jadi harusnya tidak ada masalah kalau dalam taruh bayar juga,” ujarnya.
Baca Juga:Menkeu Purbaya Ogah Bayar Lewat APBN, Utang Kereta Cepat Siapa Yang Tanggung Jawab?Geger Bola Api Melintas di Langit Tol Cisumdawu
Ia juga menyinggung soal kinerja Danantara yang sebagian sebagian dana akan ditaruh di obligasi. “Lah itu kan punya saya lagi, pemerintah lagi. Saya tadi sempat dikritik. Kalau Anda taruh obligasi segitu banyak di pemerintah, keahlian Anda apa? Tapi mereka bilang ini kan hanya tiga bulan terakhir. Ini karena tidak sempat buat proyek ke depan,” kata Purbaya dengan gaya ceplas-ceplosnya.
Dan kita, lanjut Purbaya, akhirnya mereka perbaiki sehingga yang diobligasi itu akan minim lebih banyak di proyek-proyek yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Jangan Danantara yang yang tujuannya untuk meningkatkan petumbuhan ekonomi justru malah sebaliknya.
Seperti diketahui bersama Menteri Keuangan Purbaya Yudi Sedewa terus melakukan gebrakan. Purbaya ini menggunakan pola komunikasi yang to the point, ingin menghadirkan satu komunikasi agar kemudian problem-problem yang rumit dalam negara, dia bisa sederhanakan dengan kalimat-kalimat yang lugas. Misalnya, Purbaya mengatakan bahwa urusan utang kereta cepat Jakarta-Bandung itu bukan atau tidak dapat dibenarkan kalau ditanggung oleh APBN. (*)