KOTA – Di tengah tantangan global yang terus berubah, para cendekiawan muslim di Sumedang bersepakat bahwa ketahanan pangan bukan lagi wacana, melainkan kebutuhan mendesak yang harus diwujudkan bersama.
Suasana serius namun hangat terasa di Aula Kampus Pembangunan Indonesia Sumedang, ketika puluhan akademisi, tokoh masyarakat, dan pejabat daerah duduk bersama dalam Musyawarah Daerah (Musda) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orda Sumedang yang digabung dengan Focus Group Discussion (FGD).
Wakil Bupati Sumedang, M. Fajar Aldila, tampil dengan pesan tegas. Ia menekankan, kedaulatan pangan tidak hanya menyangkut urusan teknis pertanian, tapi juga soal harga diri bangsa.
Baca Juga:Santri Al-Hikam Belajar Jurnalistik, Lawan Narasi Negatif dengan Tulisan BeretikaPuting Beliung Terjang Cimalaka, Belasan Rumah Rusak dan Warga Trauma
“Pangan itu menyangkut hidup dan matinya sebuah bangsa. Kita harus mampu mengoptimalkan sumber daya lokal — ubi Cilembu, pisang, jagung, umbi-umbian — agar menjadi pangan alternatif yang berdaya saing,” ujar Fajar dengan nada penuh keyakinan.
Fajar menuturkan, Pemkab Sumedang telah menggulirkan berbagai langkah konkret dalam membangun sistem pangan dari hulu hingga hilir, termasuk kolaborasi dengan Universitas Winaya Mukti serta dukungan program Luas Tambah Tanam (LTT) dari Kementerian Pertanian.
Namun, katanya, tantangan terbesar bukan di sawah, melainkan di meja makan masyarakat.
“Kemandirian pangan tidak cukup dengan produksi beras. Ini juga soal budaya konsumsi. Mengubah kebiasaan makan masyarakat ke pangan lokal itu tantangan besar, tapi bukan hal mustahil jika kita bergerak bersama,” ungkapnya.
Fajar memaparkan tiga strategi utama untuk memperkuat Sumedang sebagai daerah mandiri pangan. Pertama, merumuskan strategi aplikatif yang bisa dijalankan hingga tingkat desa dan rumah tangga.
Kedua, lanjut dia, memperkuat kolaborasi lintas sektor — pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan petani. Ketiga, mendorong inovasi pengolahan pangan lokal dengan teknologi dan kemasan modern agar produk Sumedang mampu menembus pasar lebih luas.
Sementara itu, Ketua ICMI Sumedang Kamas Komara mengungkapkan, peran ICMI kini bukan hanya menyumbang gagasan, tetapi juga bekerja nyata di lapangan. Salah satunya lewat program Kampung Cendekia di Desa Margalaksana — satu-satunya di Indonesia — yang menjadi pusat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.