TANJUNGKERTA – Mereka duduk bersila, sebagian menenteng buku catatan, sebagian lagi menatap layar proyektor dengan mata berbinar. Tapi kali ini bukan pelajaran tafsir atau nahwu sharaf yang mereka pelajari.
Hari itu, Sabtu (18/10) mereka belajar menjadi jurnalis. Menulis berita, menata kalimat, dan belajar menyampaikan kebenaran lewat kata.
Pelatihan itu menjadi bagian dari kegiatan Makesta (Masa Kesetiaan Anggota) IPNU dan IPPNU, agenda rutin di MTs dan MA Plus Al-Hikam Tanjungkerta. Selama dua hari, 18–19 Oktober 2025, para santri diajak memahami dunia media yang kini begitu dekat dengan kehidupan mereka.
Baca Juga:Puting Beliung Terjang Cimalaka, Belasan Rumah Rusak dan Warga TraumaEvaluasi Layanan BPJS! Tolak Pasien, RS Unpad Minta Maaf
“Belakangan ini banyak berita yang menjelekkan kiai dan pesantren, bahkan mengandung ujaran kebencian,” tutur Sidiq, Ketua PC IPNU Kabupaten Sumedang, ketika membuka kegiatan. Suaranya tegas, tapi nadanya penuh keprihatinan.
“Kita, santri, tidak boleh diam. Kita lawan dengan tulisan yang santun dan beretika.”
Kata-kata itu disambut anggukan para santri. Mereka tahu, dunia digital kini bukan lagi ruang asing. Narasi yang menyesatkan bisa menyebar cepat, dan mereka ingin menjadi bagian dari solusi: bukan korban.
Untuk memperdalam ilmu, panitia menghadirkan Helmi Fauzi, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Santri (Forkowas) Sumedang. Di hadapan puluhan santri, Helmi menceritakan pengalamannya menulis berita sejak duduk di bangku pesantren.
“Kang Maman pernah menulis buku ‘Aku Menulis Maka Aku Ada’,” ucapnya sambil tersenyum. “Tulisan itu adalah bentuk eksistensi kita. Santri juga harus begitu. Tulis apa yang baik, apa yang benar, dan apa yang memberi manfaat.”
Helmi menegaskan, syiar agama tidak hanya lewat mimbar atau kitab. Di era digital, dakwah bisa hadir lewat artikel, opini, atau bahkan caption media sosial yang meneduhkan.
“Tulisan santri harus berbeda. Bahasa kita sopan, berakhlak, dan membawa kedamaian,” ujarnya.
Baca Juga:Begini Cara Mengedit Foto Menjadi Guru yang Inspiratif dengan Gemini AI, Tampil Karismatik dan Penuh WibawaEdit Foto Melihat Sunrise di Puncak Gunung dengan Gemini AI: 10 Ide Prompt Bertema Hiker
Salah satu peserta, Rizky Oktavian Zunaedi, Ketua PK IPNU MA Plus Al-Hikam, mengaku kegiatan ini terasa istimewa.
“Kami geram melihat berita-berita yang memfitnah pesantren. Maka kami ingin belajar jurnalistik supaya bisa menulis kebenaran,” katanya penuh semangat.