Dari Ladang ke Layar Digital: Ubi Cilembu Sumedang Menembus Batas Dunia

Dari Ladang ke Layar Digital: Ubi Cilembu Sumedang Menembus Batas Dunia
Pelaku usaha Ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang mulai beradaptasi dengan sistem digitalisasi usaha untuk memperluas jangkauan pasar dan menjaga daya saing di era modern.(Engkos/Sumeks)
0 Komentar

“Pendampingan dari tim Unwim sangat membantu. Kami jadi tahu cara mencatat keuangan secara digital dan memasarkan produk lewat platform online,” ungkap Siti Rahmah, salah satu pelaku usaha yang ikut pelatihan.

Sebelum program ini hadir, sebagian besar pelaku usaha masih mencatat transaksi dengan buku tulis, tanpa laporan laba rugi yang terstruktur. Kini, mereka mulai terbiasa menggunakan perangkat lunak akuntansi sederhana. Bahkan, beberapa sudah mulai membuka akun toko di marketplace nasional dan menjual produk lewat media sosial.

Deden menyebut, transformasi ini bukan hanya soal alat, tetapi juga pola pikir. “Kita ingin para pelaku usaha punya kesadaran baru — bahwa teknologi bukan ancaman, tapi alat untuk bertahan dan tumbuh,” ujarnya.

Baca Juga:DPRD Jabar Serap Aspirasi Warga Desa Kebonjati, Heri Ukasah Tegaskan Pentingnya Komunikasi Dua ArahPemkab Sumedang Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Program Starbak dan Kolaborasi Lintas Sektor

Ubi Cilembu memang istimewa. Rasanya manis alami tanpa tambahan gula, dan aromanya hanya muncul setelah dipanggang. Di pasar Jepang, ubi ini dikenal dengan nama “Sweet Potato Honey”. Beberapa eksportir bahkan telah membawanya ke luar negeri, namun skala produksinya masih terbatas.

Kini, dengan kemampuan digital, jalan menuju pasar global kian terbuka. Melalui pemasaran daring, pelaku usaha bisa menjangkau konsumen dari luar daerah tanpa harus membuka toko fisik. Beberapa di antaranya bahkan mulai merintis penjualan ke luar Jawa, dengan pesanan yang datang dari Jakarta, Surabaya, hingga Denpasar.

“Kalau dulu hanya dijual di pinggir jalan, sekarang kami bisa menjual ke luar kota bahkan luar pulau. Tinggal foto, unggah ke media sosial, dan orang langsung pesan,” kata Siti sambil tersenyum.

Transformasi digital bukan hanya tentang pelatihan dan perangkat, tapi juga tentang menjaga nilai tradisi di tengah perubahan zaman. Deden menyebut, digitalisasi harus tetap berpihak pada pelaku usaha kecil, bukan menggusur cara hidup mereka.

“Kita tidak menghapus tradisi. Kita justru ingin menjaganya agar tetap hidup. Dengan teknologi, Ubi Cilembu bisa dikenal lebih luas tanpa kehilangan jati dirinya,” katanya.

Program ini diharapkan menjadi model bagi pengembangan UMKM di daerah lain. Dengan pendampingan berkelanjutan, tim Unwim berharap para pelaku usaha bisa mandiri, mengelola keuangan secara transparan, dan memasarkan produk dengan strategi digital yang berkelanjutan.

0 Komentar