Jangan Sampai Hilang, 3 Kesenian Tradisional Sumedang yang Mulai Kehilangan Eksistensinya

Jangan Sampai Hilang, 3 Kesenian Tradisional Sumedang yang Mulai Kehilangan Eksistensinya
Jangan Sampai Hilang, 3 Kesenian Tradisional Sumedang yang Mulai Kehilangan Eksistensinya - (Istimewa)
0 Komentar

SUMEDANG EKSPRES – Meski dikenal sebagai kota yang memiliki segudang kesenian tradisional, beberapa kesenian tradisional khas Sunda yang ada di Sumedang kini perlahan mulai kehilangan eksistensinya.

Di tengah derasnya arus modernisasi dan berkembangnya hiburan digital, beberapa kesenian tradisional khas Sumedang kini mulai tergeser dan perlahan menghilang dari kehidupan masyarakat.

Beberapa di antaranya bahkan nyaris punah, hanya tersisa dalam ingatan generasi tua dan catatan budaya.

Baca Juga:5 Kuliner Tertua dan Melegenda di Sumedang yang Wajib Banget Kamu Coba!5 Destinasi Kolam Renang Paling Terkenal di Sumedang, Seru untuk Liburan Keluarga!

Berikut ini adalah beberapa kesenian tertua di Sumedang yang kini keberadaannya mulai langka dan membutuhkan perhatian serius untuk dilestarikan.

1. Seni Bangreng – Perpaduan Terbang dan Ronggeng yang Melegenda

Seni Bangreng merupakan warisan budaya khas Sumedang yang telah ada sejak tahun 1960-an. Nama “Bangreng” sendiri berasal dari gabungan kata Terbang (alat musik rebana) dan Ronggeng (penari wanita). Dahulu, kesenian ini sering ditampilkan dalam acara hajatan, khitanan, hingga syukuran panen sebagai bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta.

Sayangnya, di era modern ini, seni Bangreng mulai kehilangan penggemarnya. Generasi muda lebih tertarik dengan hiburan modern seperti musik dangdut, organ tunggal, atau konser digital. Akibatnya, kelompok-kelompok Bangreng yang dulu aktif kini hanya tersisa segelintir, berjuang agar seni tradisi ini tidak benar-benar hilang dari bumi Sumedang.

2. Kesenian Karinding – Musik Alam yang Mulai Terlupakan

Karinding adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu atau pelepah aren, menghasilkan suara unik melalui getaran lidah alat yang ditiup. Dahulu, alat musik ini digunakan oleh petani untuk mengusir hama padi di sawah, sekaligus menjadi hiburan sederhana di sela-sela waktu istirahat.

Di masa lalu, suara lembut Karinding dipercaya mampu menyatu dengan alam, menciptakan harmoni antara manusia dan lingkungan. Namun kini, alat musik ini mulai jarang dimainkan. Hanya beberapa komunitas seni dan pemerhati budaya yang masih berusaha menjaga keberadaannya agar tidak tenggelam oleh zaman.

3. Kesenian Rengkong – Irama Petani yang Kian Sunyi

Kesenian Rengkong berasal dari Kecamatan Rancakalong, Sumedang. Rengkong adalah alat tradisional berupa bambu panjang yang diikat dengan tali dan digendong oleh beberapa orang sambil berjalan beriringan. Suara khas dari bambu yang beradu menghasilkan irama unik yang dahulu mengiringi kegiatan panen padi.

0 Komentar