SUMEDANG EKSPRES, SEJARAH – Indonesia memiliki beragam tradisi unik yang menggambarkan kekayaan budaya sekaligus nilai spiritual masyarakatnya.
Salah satu budaya unik di Indonesia yang rupanya berasal dari Sumedang adalah tradisi sepak bola api.
Terdengar seperti permainan ekstrem yang memadukan keberanian, ketangkasan, namun memiliki makna dan nilai yang begitu religius.
Baca Juga:Liburan ke Sumedang Dijamin Makin Seru Kalau Kamu Menginap di 5 Villa Murah Ini!Jangan Sampai Hilang, 3 Kesenian Tradisional Sumedang yang Mulai Kehilangan Eksistensinya
Meski kini menjadi tontonan yang menarik di berbagai daerah, tak banyak yang tahu bahwa tradisi ini berakar kuat dari lingkungan pesantren, termasuk di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Asal-Usul Tradisi Bola Api
Tradisi sepak bola api sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu di berbagai daerah Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Permainan ini biasanya diselenggarakan oleh para santri menjelang peringatan hari besar Islam, seperti Tahun Baru Islam (1 Muharram) atau bulan Ramadan.
Di Jawa Barat sendiri, salah satu tempat yang masih melestarikan tradisi ini adalah Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, yang berlokasi di Desa Sukamantri, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang.
Setiap tahun, pesantren ini rutin menggelar acara sepak bola api sebagai bagian dari kegiatan keagamaan dan hiburan rakyat.
Permainan ini menggunakan bola dari sabut kelapa atau batok kelapa yang telah direndam dalam minyak tanah selama beberapa jam. Setelah itu, bola dibakar hingga menyala terang dan digunakan dalam permainan yang berlangsung di lapangan terbuka pada malam hari.
Makna di Balik Permainan Api
Lebih dari sekadar pertunjukan, tradisi sepak bola api memiliki makna spiritual yang mendalam. Api dalam permainan ini melambangkan hawa nafsu dan amarah yang harus dikendalikan oleh manusia.
Baca Juga:5 Kuliner Tertua dan Melegenda di Sumedang yang Wajib Banget Kamu Coba!5 Destinasi Kolam Renang Paling Terkenal di Sumedang, Seru untuk Liburan Keluarga!
Para pemain, umumnya santri, harus menguasai rasa takut dan menjaga keseimbangan antara keberanian dan kehati-hatian.
Sebelum permainan dimulai, biasanya para pemain menjalani ritual tertentu, seperti berwudu atau membaca doa, untuk meneguhkan niat dan menjaga keselamatan.
Tradisi ini bukan ajang unjuk kekuatan semata, tetapi juga latihan spiritual dan mental, mengajarkan pentingnya kesabaran, kerja sama, serta pengendalian diri.
Persebaran dan Variasi Tradisi
Selain di Sumedang, tradisi serupa juga ditemukan di berbagai daerah lain seperti Bandung, Cirebon, dan Temanggung.