3. Tarian Kuda Kosong dan Ider Naga
Setelah sesajen dipersembahkan, beberapa kelompok seni dahulu melaksanakan ritual simbolis yang sangat kuat. Contohnya adalah tradisi mengarak kuda kosong tanpa penunggang, yang dipercaya sebagai tunggangan para leluhur yang turut hadir dalam perayaan.
Selain itu, ada juga ritual ider naga atau tutunggulan yang dilakukan sebelum anak khitan diarak, sebagai bentuk penghormatan dan pembuka jalan agar acara dapat terselenggara dengan selamat.
Warisan yang Berubah Fungsi
Seiring waktu dan pengaruh modernisasi, fungsi Kuda Renggong telah berkembang luas tidak lagi hanya sebagai ritual khitanan, tetapi juga sebagai atraksi wisata budaya dan penyambut tamu kehormatan. Akibatnya, beberapa ritual pra-atraksi yang dianggap sakral mulai ditinggalkan atau disederhanakan agar lebih sesuai dengan konteks pertunjukan modern.
Baca Juga:Acara Sunatan Masal Begitu Mewah Dengan Mengundang 55 Kuda Renggong SekecamatanTutorial Photo Editing: Ubah Potret Jadi Cewek Pendaki Keren (Gaya Tampomas yang Warm & Dramatis)
Namun, semangat untuk mempertahankan kesakralan tetap ada. Bagi para pegiat seni Kuda Renggong, ritual bukan hanya tradisi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya. Persiapan spiritual ini memberikan kekuatan batin dan keyakinan, baik bagi penunggang, nayaga (pemain musik), maupun sang kuda penari itu sendiri.
Melihat Kuda Renggong beraksi berarti menyaksikan puncak kegembiraan. Namun, dengan memahami ritual di baliknya, kita menyadari bahwa setiap hentakan kaki kuda yang menari adalah hasil dari harmoni yang seimbang antara kemeriahan duniawi dan penghormatan abadi kepada leluhur. Kesenian ini, pada hakikatnya, adalah perpaduan indah antara tarian kuda, musik, dan doa.