KOTA – Peringatan Hari Santri tahun ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Islam. Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Asy Syifaa Wal Mahmudiyyah Sumedang, Abuya Prof. Dr. (H.C.) K.H.M. Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi, M.A., sesungguhnya Hari Santri telah dimulai sejak 1.460 tahun lalu, bertepatan dengan diutusnya Rasulullah Muhammad S.A.W sebagai Rasul dan dimulainya dakwah Islam.
“Kalau kita hitung dengan kalender Komariyah, dari saat Rasulullah diangkat menjadi Rasul hingga sekarang, sudah 1.460 tahun. Maka sejatinya, Hari Santri sudah ada sejak itu,” ungkap Abuya Muhyiddin kepada Sumeks, Rabu (22/10).
Abuya menjelaskan, santri pertama dalam Islam adalah Sayyidatuna Khadijah Al-Kubra R.A., istri Rasulullah SAW yang pertama kali beriman dan menerima dakwah Islam.
Baca Juga:Sekolah SDS Fatimah Az-Zahra Cimanggung Dapat Bantuan Revitalisasi, Siswa Sementara Belajar di MusholaLongsor di Kadakajaya Nyaris Tutup Jalur Ekonomi Cijambu–Tanjungsari
“Ketika Rasulullah turun dari Gua Hira di malam Senin dalam keadaan menggigil setelah menerima wahyu pertama, beliau disambut oleh Khadijah. Saat itulah Khadijah menjadi orang pertama yang percaya, menerima dakwah dan beriman. Maka beliau adalah santri pertama dalam sejarah Islam,” tutur Abuya.
Menurutnya, peristiwa itu bukan hanya awal kenabian, tetapi juga awal lahirnya dunia pendidikan Islam.
Rasulullah diutus sebagai mu’allim—guru agung bagi seluruh alam.
“Rasulullah bersabda, innama bu’itstu mu’alliman, sesungguhnya aku diutus sebagai guru. Maka Hari Santri juga hakikatnya adalah Hari Guru, Hari Ulama, dan Hari Rasul,” tegas Abuya Muhyiddin.
Lebih jauh abuya menyebutkan, alasan Rasulullah SAW berpuasa pada hari Senin juga menjadi bukti kemuliaan hari tersebut.
“Nabi bersabda bahwa hari Senin adalah hari kelahirannya, hari diutusnya beliau sebagai Rasul, dan hari diturunkannya wahyu pertama. Maka puasa Senin merupakan bentuk ta’ziman, takriman, mahabbatan wa syukran—penghormatan dan rasa cinta kepada hari agung itu,” jelasnya.
Abuya Muhyiddin mengajak umat Islam untuk memaknai Hari Santri bukan sekadar momentum seremonial, tetapi sebagai peringatan terhadap awal mula turunnya ilmu dan dakwah Islam.