SUMEDANGEKSPRES – Kebijakan Gubernur Jawa Barat yang melarang peserta didik tingkat SMA dan SMK membawa kendaraan bermotor ke sekolah terus menjadi sorotan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Sumedang.
Salah satu siswa SMAN 2 Cimalaka, Muhammad Sujud, mengaku kebijakan tersebut cukup memberatkan, terutama bagi siswa yang rumahnya jauh dari sekolah.
“Saya ke sekolah pakai motor karena rumah jauh, sekitar setengah jam perjalanan. Kalau naik angkot bisa dua kali ganti dan biayanya lebih mahal,” ujar Sujud, siswa kelas XI SMAN 2 Cimalaka, menerangkan, Rabu (22/10).
Baca Juga:Sekolah SDS Fatimah Az-Zahra Cimanggung Dapat Bantuan Revitalisasi, Siswa Sementara Belajar di MusholaLongsor di Kadakajaya Nyaris Tutup Jalur Ekonomi Cijambu–Tanjungsari
Menurutnya, penggunaan sepeda motor jauh lebih efisien dan hemat dibanding naik angkot.
“Kalau naik motor seminggu paling cuma habis Rp20.000 buat bensin. Tapi kalau naik angkot, bisa habis lebih dari itu, karena dari rumah ke sekolah harus dua kali naik, bisa Rp10.000 sekali jalan,” jelasnya.
Meski begitu, Sujud mengaku selalu mendapat izin dari orang tuanya untuk membawa motor dengan pesan agar berhati-hati di jalan.
“Orang tua nggak melarang, asal hati-hati aja,” tambahnya.
Terkait kebijakan gubernur, Sujud berharap pemerintah bisa mempertimbangkan kondisi geografis siswa, terutama yang tinggal di daerah terpencil.
“Menurut saya memberatkan, soalnya susah cari kendaraan umum. Harapannya semoga siswa tetap boleh bawa motor, atau kalaupun dilarang, angkot ke daerah-daerah terpencil ditambah supaya lebih mudah,” ujarnya.
Senada diunglkapkan Kia Wulandari, yang juga merupakan siswi kelas XI SMAN 2 Cimalaka.
Kia mengaku memahami maksud baik dari kebijakan tersebut, namun Kia tetap berharap, ada kebijakan yang lebih fleksibel, terutama bagi siswa yang rumahnya jauh dari sekolah.
Baca Juga:Judi Online Bikin Pria Bandung Nekat Ngaku Dibegal di SumedangBegal Palsu dan Judi Online, Gambaran Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan
“Kalau dari rumah jauh dan orang tua sudah mengizinkan, sebaiknya boleh saja bawa motor ke sekolah. Soalnya nggak semua siswa punya orang tua yang bisa nganter jemput setiap hari,” ujar Kia.
Kia juga menyampaikan, sebenarnya ada angkutan umum yang bisa digunakan siswa, namun jadwalnya sering tidak menentu.
“Ada angkot, tapi suka siang datangnya, jadi kadang telat ke sekolah. Kalau pakai motor, waktunya lebih akurat,” tambahnya.